PERKEMBANGAN pasar modal syariah di Indonesia menunjukkan tren yang sangat positif. Hingga akhir Agustus 2025, kapitalisasi pasar syariah telah mencapai Rp8.856,95 triliun atau setara dengan 62,55 persen dari total kapitalisasi pasar modal nasional. Demikian antara lain dikatakan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK-RI Inarno Djajadi dalam kuliah umum di Universitas Syiah Kuala (USK) yang dihadiri ratusan mahasiswa di Gedung AAC Dayan Dawood, Kampus Darussalam Banda Aceh, pada Jumat (3/10).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kuliah umum melalui program OJK Mengajar untuk mengenalkan peluang dan tantangan pasar modal syariah kepada mahasiswa Universitas negeri terbesar di Aceh itu.
Dikatakan Inarno Djajadi, investasi saham bukanlah perjudian. Saham merupakan instrumen investasi yang sah, bahkan dalam perspektif syariah telah memperoleh legitimasi dari DSN-MUI melalui fatwanya. Apalagi, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar.
“Khususnya Aceh yang dikenal sebagai Serambi Mekah, tentu memiliki peluang besar dalam mengembangkan pasar modal syariah. Masyarakat muslim dapat berinvestasi dengan cara yang halal, sesuai prinsip syariah, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi," tutur Inarno Djajadi.
Hanya saja Inarno mengingatkan, semangat investasi ini harus diiringi kewaspadaan. Banyak anak muda tergoda berinvestasi karena ikut-ikutan atau Fear of Missing Out (FOMO). Padahal sebaiknya setiap orang mempelajari instrumen investasi secara cermat, menyesuaikan dengan kemampuan finansial dan profil risiko.
“Investasi juga tidak boleh dilakukan dengan berhutang. Investasi terbaik adalah yang dijalani dengan nyaman, sesuai kemampuan, dan berorientasi jangka panjang, bukan hanya mengandalkan prediksi jangka pendek," katanya.
Rektor USK Prof Marwan, mengatakan kuliah umum tersebut sangatlah penting untuk meningkatkan literasi keuangan, khususnya di kalangan mahasiswa. Sebab rendahnya literasi keuangan sering kali menjadi satu pemicu suburnya praktik-praktik merugikan, seperti judi online dan investasi ilegal.
“Pentingnya literasi keuangan tidak sebatas pada kemampuan mengatur uang, melainkan juga pemahaman menyeluruh tentang inklusi keuangan yang berperan memperkuat ketahanan ekonomi nasional," kata Marwan yang juga lulusan Doktor Birmingham University, Inggris.
Adapun Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah turut mengapresiasi kuliah umum tersebut. Menurutnya, melalui penguatan pasar modal syariah, terbuka peluang untuk mendorong terciptanya lapangan kerja baru.
Lalu meningkatkan akses permodalan bagi pelaku usaha, serta memperkuat basis ekonomi lokal yang berbasis nilai-nilai Islam. Dengan demikian, Aceh bukan hanya menjadi daerah yang konsisten dalam penerapan syariat, tetapi juga menjadi contoh keberhasilan integrasi antara prinsip agama dengan kemajuan ekonomi modern.
Untuk itulah, dirinya berharap kegiatan itu tidak berhenti hanya pada sosialisasi, tetapi berlanjut dalam bentuk pendampingan, pelatihan, serta program yang melibatkan mahasiswa, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat secara luas. (MR/E-4)


















































