Benjamin Netanyahu pidato di Sidang Umum PBB.(Al Jazeera)
KETIKA kecaman terhadap serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, menggema di Majelis Umum PBB, Uni Emirat Arab (UEA) memilih langkah berbeda dibanding mayoritas negara Arab lain.
Delegasi Abu Dhabi menolak ikut serta dalam aksi walkout massal saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidatonya di hadapan para pemimpin dunia.
Pertemuan Tertutup dengan Netanyahu
Tidak hanya menolak aksi protes simbolik, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Urusan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed, diketahui mengadakan pertemuan tertutup dengan Netanyahu.
Langkah tersebut menimbulkan diskusi luas, mengingat UEA selama ini kerap menyatakan diri sebagai pendukung solidaritas Arab.
Menanggapi sorotan tersebut, pemerintah UEA merilis pernyataan resmi.
"Tujuan pertemuan tersebut adalah menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza dan melindungi nyawa warga sipil," demikian bunyi pernyataan tersebut dikutip NDTV pada Minggu (28/9).
Disebutkan pula bahwa kedua pihak membahas upaya deeskalasi regional serta akses kemanusiaan.
Walkout Delegasi Arab Lain
Dalam sesi pleno Majelis Umum, sejumlah negara Arab seperti Yordania, Qatar, dan Aljazair memilih meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes terhadap Netanyahu. Namun para diplomat UEA tetap berada di dalam ruang sidang, menolak bergabung dalam aksi walkout yang terkoordinasi.
Keputusan tersebut memicu perdebatan di dunia Arab. Sebagian pihak menilai sikap tersebut selaras dengan kebijakan keterlibatan diplomatik UEA sejak penandatanganan Perjanjian Abraham. Namun lainnya menganggap langkah itu tidak mencerminkan solidaritas terhadap korban sipil di Gaza.
Kebijakan Keterlibatan, bukan Isolasi
Pengamat menilai UEA berusaha mempertahankan keseimbangan diplomatik yang rumit, menjaga hubungan dengan Israel, sekaligus menyuarakan dukungan terhadap solusi dua negara. Strategi Abu Dhabi tampaknya menitikberatkan pada dialog langsung, meski di tengah krisis.
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri UEA menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri Sheikh Abdullah bin Zayed menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri perang di Gaza, mencapai gencatan senjata permanen dan berkelanjutan, mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut, dan mengakhiri kondisi tragis yang dihadapi warga sipil.
"Dia menegaskan kembali dukungan UEA terhadap semua upaya mencapai perdamaian komprehensif berdasarkan solusi dua negara," tambah pernyataan tersebut.
Pembelaan dari Tokoh Diplomatik Emirat
Anwar Gargash, penasihat presiden sekaligus diplomat senior UEA, turut membela pendekatan negaranya.
"Sebagaimana posisi UEA yang tegas dalam menutup berkas aneksasi Israel atas tanah Palestina, pertemuan malam ini antara Sheikh Abdullah bin Zayed dan Perdana Menteri Israel di New York merupakan langkah berani untuk mendukung upaya internasional guna mengakhiri perang Gaza dan mencapai gencatan senjata permanen yang mengakhiri tragedi kemanusiaan dan memperkuat jalan menuju perdamaian," pungkasnya. (I-2)


















































