
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan memberi tahu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai serangan terhadap para pemimpin Hamas di Doha sekitar 50 menit sebelum serangan dilancarkan, demikian menurut laporan Axios pada Senin (15/9).
Tujuh pejabat Israel menyebut Gedung Putih sudah mendapat informasi pada Selasa lalu, sebelum rudal ditembakkan. Namun, Trump kemudian mengatakan bahwa AS tidak menerima peringatan berarti mengenai serangan tersebut, sehingga tidak punya cukup waktu untuk memberi peringatan kepada Qatar.
Dia menambahkan bahwa dirinya sangat tidak senang dengan insiden itu dan memperingatkan Israel agar sangat, sangat berhati-hati dalam menangani Qatar, yang disebutnya sebagai sekutu besar.
Meski begitu, laporan Axios menyatakan pemberitahuan Netanyahu sebenarnya memberi Trump cukup waktu untuk menghentikan serangan.
Menurut tiga pejabat dengan pengetahuan langsung, Netanyahu menelepon Trump sekitar pukul 08.00 pagi waktu Washington, sementara ledakan di Doha dilaporkan sekitar 50 menit kemudian.
"Awalnya, ada diskusi di tingkat politik antara Netanyahu dan Trump, dan kemudian melalui jalur militer. Trump tidak menolak," ujar seorang pejabat senior Israel kepada Axios.
"Jika Trump ingin menghentikannya, dia bisa saja melakukannya. Dalam praktiknya, dia tidak melakukannya," kata pejabat lainnya.
Serangan tersebut menewaskan lima anggota Hamas non-elite serta seorang perwira keamanan Qatar. Namun, lima target utama kepemimpinan Hamas tidak terkena.
Insiden ini memicu kemarahan negara-negara Arab dan menghasilkan pertemuan darurat pada Senin (15/9), yang dihadiri pemimpin-pemimpin dengan hubungan diplomatik penuh dengan Israel.
Axios melaporkan tidak ada rincian isi percakapan antara Trump dan Netanyahu dan belum jelas apakah Trump memberi tahu pihak Qatar sebelum serangan terjadi.
Beberapa pejabat Israel menilai pernyataan publik Gedung Putih hanya untuk kepentingan diplomatik.
"Amerika hanya berpura-pura," kata seorang pejabat Israel.
Qatar, sekutu utama AS di kawasan dan tuan rumah pangkalan militer terbesar Amerika di Timur Tengah, memainkan peran penting dalam negosiasi gencatan senjata Israel-Hamas dan pembebasan sandera.
Para pemimpin Hamas yang menjadi sasaran serangan disebut sedang membahas kerangka kerja kesepakatan yang diusulkan AS.
Usai serangan, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menghadiri makan malam bersama Trump, Wakil Presiden JD Vance, serta utusan AS Steve Witkoff. Ia juga bertemu Menlu AS Marco Rubio di Gedung Putih. Rubio kemudian melakukan kunjungan ke Israel, Qatar dan London.
Dalam konferensi pers bersama Rubio, Netanyahu menegaskan bahwa keputusan menyerang Hamas di Doha sepenuhnya milik Israel.
"Kami memikul tanggung jawab penuh. Kami melakukannya sendiri. Titik," tegasnya. Ia juga mengakui target utama tidak terbunuh, namun menekankan serangan itu tetap penting karena memberi pesan bahwa para pemimpin Hamas tidak memiliki tempat aman.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan Rubio akan menegaskan kembali komitmen penuh Amerika terhadap keamanan dan kedaulatan Qatar.
Sementara itu, negara-negara Teluk meminta Washington menggunakan pengaruhnya untuk menekan Israel.
"Mereka memiliki pengaruh dan pengaruh terhadap Israel, dan sudah saatnya pengaruh dan pengaruh ini digunakan," kata Sekjen Dewan Kerja Sama Teluk, Jasem Mohamed Al-Budaiwi, dalam konferensi pers usai KTT darurat di Doha. (The Times of Israel/Fer/I-1)