
TENTARA Nepal memberlakukan jam malam yang dimulai Rabu (10/9) di tengah situasi yang masih tegang. Itu berlaku sehari setelah gelombang protes besar yang memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri.
"Jam malam akan diberlakukan di seluruh negeri mulai pukul 06.00 hari Kamis," kata militer Nepal dalam sebuah pernyataan dikutip dari Himalayan Times, Rabu (10/9).
Militer menegaskan keputusan selanjutnya akan diambil sesuai perkembangan keamanan di lapangan. Tentara dikerahkan sejak Selasa (9/9) malam untuk mengamankan situasi. Langkah ini diambil setelah pengunjuk rasa menyerang gedung-gedung penting, termasuk parlemen, kantor presiden, dan kediaman pribadi Oli. Kompleks pemerintahan Singha Durbar turut menjadi sasaran dan mengalami kerusakan parah.
Beberapa kantor pemerintah, di antaranya Kementerian Kesehatan dan Kependudukan serta Mahkamah Agung, dilaporkan hancur. Kerusuhan ini menewaskan sedikitnya 20 pengunjuk rasa, sebagian besar anak muda, sementara hampir 350 orang lainnya terluka sejak demonstrasi pecah pada Senin, dipicu oleh larangan media sosial.
Dalam pidato Selasa (9/9) malam, Panglima Militer Jenderal Ashok Raj Sigdel meminta masyarakat menahan diri dan mendorong dialog untuk menyelesaikan krisis. Jagdishor Panday, mengatakan bahwa militer menyerukan masyarakat agar tetap tenang.
"Pasukan keamanan juga meminta masyarakat untuk mengembalikan barang jarahan, termasuk senjata, kepada pihak berwenang," ujarnya melalui telepon.
Dia menambahkan, meskipun gerakan protes ini tidak memiliki pemimpin tunggal, pihak keamanan diperkirakan akan bertemu dengan sejumlah tokoh demonstrasi.
"Ada tuntutan untuk pemerintahan sementara dan orang-orang dari seluruh masyarakat Nepal diharapkan menghadiri pertemuan-pertemuan ini," kata Panday sembari menyebut Jenderal Sigdel berpotensi menjadi tuan rumah musyawarah tersebut. (H-4)