Musim Kenduri Maulid, Harga Ayam Kampung di Aceh Melambung Tinggi

4 hours ago 4
Musim Kenduri Maulid, Harga Ayam Kampung di Aceh Melambung Tinggi Aktivitas di pasar ayam Kampung Keunire, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.(MI/Amirudding Abdullah Reubee)

HARGA ayam kampung (ayam lokal) sejak sepekan terakhir di kawasan Provinsi Aceh melambung tinggi. Kenaikan itu terkait masuknya musim kenduri maulid mulai Jumat, 12 Rabiul Awal 1447 H atau bertepatan 5 September pekan lalu. 

Kenaikan itu diperkirakan akan berlangsung lama. Bahkan bisa hingga tiga bulan ke depan sebagaimana tradisi musim kenduri maulid di Aceh hingga 100 hari lamanya. 

Pengamatan Media Indonesia di pasar ayam Pante Teungoh, Kota Sigli dan pasar ayam Keunire, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie misalnya, harga ayam kampung ukuran kecil (belah 6 potong) dari sebelumnya Rp50.000/ekor, sekarang naik menjadi Rp60.000/ekor.

Lalu harga ayam jantan ukuran sedang dari sebelumnya Rp100.000/ekor, sekarang naik menjadi Rp120.000/ekor. Kemudian harga ayam kampung ukuran besar dari sebelumnya Rp150.000/ekor, sekarang naik menjadi Rp180.000 hingga 200.000/ekor.

"Permintaan tinggi, harga modal yang kami keluarkan juga lebih besar dari biasanya. Karena itu harus dijual lebih tinggi, di atas modal," tutur Usman, penjual ayam eceran di Pasar Keunire, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Rabu (10/9). 

Menurut Usman, harga tersebut akan naik lagi hingga tiga bulan ke depan. Itu terjadi lantaran ramainya kenduri maulid di provinsi berjulukan Serambi Mekkah tersebut. 

"Di Aceh kenduri maulid diperingati tiap desa, pesantren, lembaga pendidikan hingga perkantoran. Waktu maulid di Aceh selama 100 hari mulai 12 Rabiul Awal," tutur pakar sejarah dari Universitas Syiah Kuala ( USK) Banda Aceh, Muhammad Adli Abdullah. 

Adli  mengatakan tradisi maulid di Aceh diperingati sejak ratusan tahun silam seiring penyebaran Islam oleh para ulama asal jazirah Arab. Hingga berganti generasi, tradisi kenduri Maulid di Serambi Mekkah selalu diperingati dengan meriah. 

"Ini tradisi dan wujud masyarakat Aceh cinta kepada Rasulullah. Mereka rela menjual gabah hasil panen dan sengaja memelihara unggas seperti itik, ayah bahkan kambing sekalipun untuk disembelih saat kenduri maulid sebagai refleksi memperingati kelahiran Sang Rasul tercinta," tutur Adli yang keturunan penyebar Islam di Nusantara Teungku Chik Awe Geutah. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |