Musik Bisa Merangsang Kinerja Otak Anak

6 hours ago 5
Musik Bisa Merangsang Kinerja Otak Anak Ilustrasi(Freepik)

PSIKOLOG klinis anak dan remaja lulusan Universitas Padjajaran Michelle Brigitta Shanny mengatakan musik berperan penting dalam merangsang perkembangan otak anak dan berpengaruh terhadap kinerja otak melalui pengalaman sensorik.

"Selama masa pertumbuhan, otak anak sangat plastis, artinya mudah membentuk dan menguatkan koneksi antar-neuron melalui pengalaman sensorik," kata Michelle, Selasa (22/7).

Ia mengatakan musik dapat berpengaruh positif terhadap stimulasi area kognitif anak, termasuk untuk pemrosesan bahasa dan suara (lobus temporal), stimulasi yang berfokus pada pemikiran dan perhatian (lobus frontal) dan cerebelum untuk koordinasi motorik.

Michelle mengatakan musik juga berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak yang penting untuk keterampilan membacanya.

"Dalam perkembangan bahasa, musik memperkuat keterampilan fonologis dan kosakata, yang penting untuk keterampilan membaca," katanya.

Psikolog di Klinik Vajra Gandaria ini mengatakan musik juga membantu anak mengekspresikan dan memahami emosi mereka, serta menenangkan sistem saraf, serta mengembangkan koordinasi motorik dan ritme terutama melalui kegiatan seperti menari atau bermain alat musik, yang memperkuat integrasi sensorimotor.

Sementara itu, paparan musik yang tidak sesuai dengan usia anak dapat berdampak negatif terhadap perkembangan neurologis, emosional, dan sosial anak karena otak anak belum memiliki kapasitas penuh untuk menyaring atau memahami secara kritis isi dari konten tersebut.

"Dampaknya anak cenderung meniru apa yang dilihat atau didengar, bahkan tanpa memahami konteksnya. Anak yang sering mendengar lirik atau menonton adegan seksual atau kekerasan bisa menganggap bahwa hal tersebut adalah hal biasa, sehingga penerimaan mereka terhadap konten-konten tersebut lebih tinggi," jelas Michelle.

Ia menambahkan anak yang masih bersifat observasi dan meniru di masa pertumbuhannya bisa saja mulai meniru menggunakan bahasa kasar, memahami hubungan romantis secara keliru saat melihat adegan dewasa, atau memunculkan pertanyaan dan rasa ingin tahu yang belum siap untuk diproses anak.

Sehingga, dengan terpapar oleh konten yang tidak sesuai dengan usia, anak bisa melakukan modelling.

Michelle mengatakan perlunya peran orangtua sebagai pendamping, pemberi batasan, dan pendidik nilai. Saat anak terekspos pada musik yang tidak sesuai usia, respons orang tua sebaiknya tidak langsung reaktif, tetapi komunikatif dan reflektif.

Ia menyarankan untuk membangun komunikasi terbuka tanpa menghakimi, beri penjelasan bahwa lagu bukan sesuai usianya, tawarkan alternatif musik lain yang memiliki lirik positif atau ajak anak memilih musik bersama.

"Tetapkan batasan dengan konsisten, jelaskan kenapa ada batasan, dan terapkan kontrol penggunaan media bila perlu. Menonton atau mendengarkan musik bersama anak dapat memberi kesempatan untuk membahas isi dan memberi pemahaman nilai," katanya.

Peran orangtua tidak hanya melindungi, tapi juga membekali anak dengan kemampuan literasi media, yaitu kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menyaring konten secara kritis. (Ant/Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |