MPXV Clade Ib Terdeteksi di Malaysia, Begini Respons Indonesia?

6 hours ago 2
MPXV Clade Ib Terdeteksi di Malaysia, Begini Respons Indonesia? Terdapat ribuan kasus baru Clade Ib Monkeypox virus (MPXV) di 42 negara.(Dok. Verywell Health)

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru di situs cdn.who.int menyatakan per September 2025, terdapat 3.135 kasus baru Clade Ib Monkeypox virus (MPXV) di 42 negara. Mayoritas persebaran di benua Afrika. Namun, angka kenaikan kasus justru meningkat di wilayah Eropa dan Asia Tenggara. Khusus di wilayah Asia, peningkatan kasus terkonfirmasi menjadi 23 kasus dari 13 kasus pada Agustus 2025.

Malaysia menjadi negara yang pertama melaporkan transmisi komunitas Clade Ib MPXV. Artinya, pola penyebaran kasus ini tidak terjadi karena aktivitas impor atau perjalanan ke luar negeri. Menelusuri data di Global Mpox Trends, dalam 6 bulan terakhir, terdapat 6 kasus Clade Ib MPXV di Thailand. Malaysia menjadi negara terbaru, yaitu 1 kasus selama 6 minggu terakhir.

Pola persebaran kemungkikan terbesar antarorang di wilayah setempat. Namun, WHO juga mengofirmasi kasus terjadi karena tindakan seksual sesama jenis. Dengan perkembangan ini, organisasi itu menilai resiko kesehatan masyarakat akibat virus ini terhadap populasi umum masih di kategori rendah, namun masuk kategori sedang bila kelompok pria yang berhubungan sesama jenis.

Rendahnya pendanaan

WHO mendorong pelaksanaan vaksinasi terarah dengan strategi hemat dosis (fractional intradermal dosing) menggunakan vaksin MVA-BN bagi kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan, MSM, dan individu dengan HIV tidak terkontrol.

Negara-negara juga disarankan untuk memperkuat koordinasi regional seperti ASEAN, berbagi data genom Clade Ib, serta menyiapkan sistem perawatan aman di fasilitas kesehatan dengan penerapan infection prevention and control (IPC) dan standar sanitasi (WASH). Pendekatan ini diharapkan dapat menahan penyebaran Clade Ib sebelum menjadi transmisi berkelanjutan di tingkat regional.

Mengutip Global Investigative Journalism Network, dua peneliti di American University of Nigeria menyatakan penularan virus di negara belum endemik terjadi sebagai akibat kegagalan melindungi penyakit di wilayah endemik.

Lemahnya pendanaan dan penelitian membuat virus ini diabaikan. Dalam  sumber WHO di atas, pemotongan sumber dana untuk program layanan HIV memperbesar resiko kerentanan penyebaran MPXV ke negara-negara lain.

Melansir laporan WHO, untuk merespons penyakit ini sebesar US$145 juta. US$47 juta di antaranya untuk WHO. Namun komitmen keuangan belum diperoleh dari negara atau lembaga pendonor.

Meski pada Mei 2025 terdapat donor untuk kawasan Afrika sebesar US$1,3 miliar, namun dana tersebut tidak diketahui tujuannya, apakah untuk pendanaan virus cacar monyet ini atau lainnya.

Respons Indonesia

Sejauh ini Kementerian Kesehatan Indonesia belum merespons laporan terbaru WHO terkait persebaran Mpox. Namun, pencegahan di Indonesia dapat difokuskan pada deteksi dini, penguatan surveilans, dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan.

Kementerian Kesehatan meminta dinas kesehatan di seluruh daerah untuk segera melaporkan kasus dalam 1×24 jam melalui PHEOC serta melakukan pelacakan kontak erat. Pengawasan juga ditingkatkan di pintu masuk internasional melalui kerja sama dengan imigrasi dan maskapai.

Selain itu, rumah sakit dan puskesmas diminta waspada terhadap gejala khas mpox dan memastikan pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan sesuai pedoman. Pemerintah memperkuat edukasi publik, promosi kesehatan, dan koordinasi antara sektor kesehatan manusia dan hewan agar potensi penularan dapat ditekan sedini mungkin. (WHO, GIJN, Kementerian Kesehatan/Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |