
Pakar kriminologi Universitas Indonesia (UI), Adrianus Eliasta Meliala menilai kasus penyiksaan bermodus jual beli mobil cash on delivery (COD) di Tangerang Selatan, Banten, dilatarbelakangi motif finansial dan kepanikan pelaku setelah rencana penipuan mereka gagal berjalan sesuai skenario.
Menurut Adrianus, cara pelaku menjalankan aksinya menunjukkan adanya rencana yang matang namun terlalu percaya diri. Ia menduga pelaku awalnya ingin menipu korban dengan skema pembayaran sebagian, namun situasi berbalik ketika korban bertahan dan tidak segera mentransfer sisa dana.
“Saya mengira pelaku ini amat yakin bahwa dengan sikapnya, empat korban itu akan segera membayar dan mentransfer sisa dana tanpa pelaku menyerahkan mobilnya. Tapi ketika dari Sabtu hingga Rabu korban bertahan, pelaku mulai panik dan tidak tahu harus berbuat apa,” ujar Adrianus saat dikonfirmasi Sabtu (18/10).
Ia menjelaskan, korban yang datang berempat sebenarnya sudah melakukan langkah pengamanan yang cukup baik.
“Korban datang berempat, bertemu di tempat umum, siang hari, itu secara pengamanan sudah standar, sudah bagus. Tapi apakah ini kebetulan atau memang sudah ada hubungan sebelumnya antara korban dan pelaku, masih perlu ditelusuri,” tuturnya.
Akan tetapi, lanjut Adrianus, situasi berubah ketika para korban disekap dan dibawa ke rumah kontrakan, yang menandakan perbuatan pelaku telah beralih dari penipuan menjadi tindak kekerasan berat.
“Dengan disekapnya korban, maka ada beberapa tindak pidana yang dilanggar: penipuan, penyekapan, dan penganiayaan. Apalagi ditemukan juga seragam polisi palsu, itu menambah unsur pidana lain yang dilakukan oleh kelompok ini,” jelasnya.
Ia menilai pola tindakan pelaku tergolong ‘operasi yang boros dan sembrono’. Pelaku lanjut Ardi, tidak memperhitungkan bahwa korban dapat melawan atau bertahan hingga akhirnya salah satu korban perempuan berhasil melarikan diri dan mengungkap kasus tersebut ke publik.
“Ketika korban dipecut atau dilukai punggungnya, itu lebih tampak sebagai upaya menakut-nakuti agar korban menyerahkan uangnya, bukan semata ingin menyiksa. Tapi ketika korban tetap tidak menyerah, pelaku menjadi bingung dan kehabisan akal,” ungkap Adrianus.
Menurutnya, kasus ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam transaksi COD bernilai besar, terutama yang melibatkan barang mewah seperti mobil.
“Kita perlu menyadari bahwa modus kejahatan terus berkembang. Jangan mudah percaya dan selalu pilih tempat yang benar-benar aman serta terverifikasi,” pungkasnya. (E-3)