Modifikasi Cuaca di Jabodetabek Dilakukan 24 Jam Sejak 7 Juli 2025

6 hours ago 4
Modifikasi Cuaca di Jabodetabek Dilakukan 24 Jam Sejak 7 Juli 2025 Material Natrium Klorida (NaCl) yang digunakan untuk operasi modifikasi cuaca(Antara Foto)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengintensifkan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Tujuannya untuk meminimalisasi risiko bencana hidrometeorologi akibat hujan dengan intensitas ringan hingga lebat dalam beberapa hari terakhir. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan, OMC kali ini dilakukan selama 24 jam nonstop sejak 7 Juli 2025 langsung dari Pos Komando Operasi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

“Operasi ini bukan hanya bertujuan mencegah bencana, tetapi juga menekan eskalasi dampaknya dan mempercepat proses penanganan di lapangan. Kolaborasi adalah kunci keberhasilan,” kata Seto dalam keterangan yang dikutip, Jumat (11/7).

Hingga 10 Juli 2025, 18 sorti penerbangan telah dilakukan oleh dua operator, yaitu PT Alkonost dan PT Makson. Operasi tersebut berhasil menyemai 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO) ke dalam sistem awan yang berpotensi memicu hujan ekstrem.

Pelaksanaan operasi sempat terkendala oleh cuaca buruk di sekitar bandara pada hari pertama. Namun hal itu dapat segera diatasi melalui penambahan armada pesawat oleh BNPB.

Sejak 8 Juli, katanya, operasi berjalan optimal dan mulai menunjukkan penurunan intensitas hujan di beberapa wilayah target, khususnya Jabodetabek.

Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Agus Riyanto menjelaskan, untuk mendukung proses OMC, BNPB memberikan dukungan dua unit pesawat. Kedua pesawat ini digunakan untuk menyemai awan oleh kru yang bertugas.

Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan operasi kolaboratif. Seluruh pendanaan pelaksanaan OMC kali ini ditanggung oleh BNPB.

Sementara BMKG bertanggung jawab atas pemberian rekomendasi teknis, pendampingan ilmiah, serta pengawasan operasional di lapangan, untuk memastikan pelaksanaan berjalan akurat dan efektif.

Direktur Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo mencatat pertumbuhan awan konvektif masih aktif terjadi, terutama pada sore hari. Hal itu akibat kondisi atmosfer yang basah dan penguapan yang tinggi.

Oleh karenanya, tim terus memantau secara visual maupun dengan radar pergerakan awan-awan tersebut, khususnya di wilayah utara Jawa seperti Jakarta, Karawang, dan Bekasi.

“Jika awan-awan berpotensi hujan terbentuk di atas laut dan terdeteksi bergerak ke daratan, penyemaian akan dilakukan di laut terlebih dahulu agar hujan turun sebelum mencapai wilayah padat penduduk,” ujarnya.

BMKG memprediksi peningkatan kembali potensi hujan mulai 12 Juli 2025, setelah tren penurunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

“BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan aktif mengakses informasi resmi. Dengan informasi yang akurat dan terkini, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil langkah mitigasi mandiri secara tepat,” pungkasnya. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |