
MENANGGAPI aksi demonstrasi yang dilakukan oleh aliansi ojek online (ojol), Grab Indonesia menegaskan tetap mempertahankan potongan komisi bagi pengemudi ojek online (ojol) sebesar 20%. Sikap tersebut berseberangan dengan desakan aliansi ojek online (ojol) yang menuntut skema bagi hasil 90% untuk pengemudi dan hanya 10% untuk aplikator.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusamy mengklaim besaran bagi hasil maksimal 20% sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) No. KP 1001 Tahun 2022 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor untuk Kepentingan Masyarakat dengan Aplikasi.
Menurutnya, komisi tersebut diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara keberlangsungan operasional platform, pendapatan mitra, serta keterjangkauan layanan bagi konsumen.
“Kami memerlukan bagi hasil maksimal 20%. Kami memandang usulan penurunan bagi hasil secara seragam hingga 10% akan menyulitkan keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan," ujar Tirza dalam keterangan resmi, Rabu (17/9).
Kendati demikian, Tirza menekankan wacana penurunan bagi hasil perlu dikaji secara menyeluruh dan proporsional, karena Grab menyadari baik pengguna maupun mitra pengemudi memiliki kebutuhan dan preferensi yang beragam.
Grab menilai ekosistem transportasi daring bersifat terbuka dan kompetitif, sehingga mitra pengemudi memiliki keleluasaan untuk memilih platform yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dalam konteks ini, kualitas layanan, keberlanjutan dukungan, dan komitmen terhadap kesejahteraan mitra menjadi faktor pembeda utama bagi para mitra dalam menentukan platform pilihan mereka, sekaligus memastikan ekosistem tetap seimbang dan berkelanjutan.
"Dalam lanskap tersebut, kualitas layanan, keberlanjutan dukungan, dan komitmen terhadap kesejahteraan mitra akan menjadi faktor pembeda utama,” tambahnya.
Meski ada aksi penyampaian aspirasi pada 17 September 2025 di sejumlah titik, Grab menegaskan seluruh layanan tetap berjalan normal tanpa gangguan signifikan. Mayoritas para pengemudi ojol tetap aktif menjalankan layanan mobilitas dan pengantaran di berbagai kota di Indonesia.
Grab juga menanggapi klaim Garda Indonesia yang menyebut jumlah massa aksi lebih dari 2.000 orang. Berdasarkan informasi yang dihimpun perusahaan, jumlah peserta aksi hanya tercatat puluhan orang, dan belum dapat dipastikan apakah seluruhnya merupakan mitra pengemudi aktif. (E-4)