Asap solfatara keluar dari kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (3/1/2025).(Antara)
GUNUNG Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, kembali menunjukkan aktivitas tinggi. Awan panas guguran meluncur sebanyak enam kali sepanjang Minggu (2/11), dengan jarak luncur maksimum mencapai 2.500 meter (2,5 km) ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso merinci rentetan peristiwa tersebut. Awan panas guguran terpanjang tercatat pada pukul 11.04 WIB.
"Estimasi jarak luncur 2.500 meter dengan amplitudo maksimum 59 mm, durasi 279,5 detik," ujar dia melalui keterangan resminya, Minggu (2/11/2025).
Awan panas guguran kedua terpantau pada pukul 11.11 WIB dengan jarak luncur sejauh 2.000 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 50 mm, dan durasi 236,4 detik.
Dalam laporan periode pengamatan pukul 06.00-12.00 WIB, Agus menjelaskan bahwa gunung api aktif tersebut juga memunculkan dua kali guguran lava ke arah barat daya, tepatnya melalui Kali Sat/Putih dan Kali Krasak, dengan jarak maksimum 1.000 meter.
Selanjutnya, awan panas guguran ketiga terjadi pada pukul 14.27 WIB dengan jarak luncur 2.000 meter, amplitudo maksimum 27 mm, dan durasi 197 detik.
Pada pukul 15.00 WIB, terjadi awan panas guguran keempat yang meluncur sejauh 1.500 meter dengan amplitudo maksimum 12,48 mm serta durasi 142,66 detik.
Kemudian, awan panas guguran kelima terpantau pukul 16.08 WIB dengan jarak luncur 1.700 meter ke arah barat daya, amplitudo maksimum 34,7 mm, dan durasi 168,62 detik.
Awan panas guguran keenam terjadi pada pukul 17.21 WIB dengan jarak luncur sekitar 1.500 meter, amplitudo maksimum 47,98 mm, dan durasi 150,68 detik.
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” ujar Agus.
Berdampak pada Wilayah di Sektor Selatan hingga Barat Daya
Potensi guguran lava dan awan panas Gunung Merapi berisiko berdampak pada wilayah di sektor selatan hingga barat daya, mencakup aliran Sungai Boyong dengan jarak maksimum 5 kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga sejauh 7 kilometer.
Sementara itu, di sektor tenggara, potensi ancaman meliputi area sekitar Sungai Woro dengan jangkauan maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol hingga 5 kilometer. Lontaran material vulkanik dari letusan eksplosif juga diperkirakan dapat mencapai radius 3 kilometer dari puncak gunung.
Sebagai langkah antisipasi terhadap potensi bahaya erupsi, BPPTKG mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas di kawasan rawan bencana.
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG) terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” tutur Agus.
Hingga kini, BPPTKG tetap mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. (Ant/I-1)


















































