
KALIMANTAN Timur (Kaltim) kini menapaki jalur strategis menuju swasembada pangan, sejalan dengan semangat pemerataan dan kemandirian nasional yang diusung dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal ini ditegaskan oleh Gubernur Kaltim H. Rudy Mas’ud (Harum) saat menjadi pembicara dalam 'Leadership Forum: Pilar Nusantara Penopang Asta Cita', di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Di hadapan para kepala daerah, Rudy mengungkapkan lonjakan prestasi Kaltim dalam Indeks Ketahanan Pangan 2025 yang berhasil menempati peringkat 2 nasional atau melonjak jauh dari posisi 13 hanya dalam waktu dua tahun. “Dulu Kaltim dikenal sebagai lumbung energi nasional. Sekarang saatnya kita jadi lumbung pangan, memberi gizi untuk Nusantara,” ujar Rudy Mas’ud dengan penuh keyakinan.
Gubernur Rudy menyebut capaian ini bukan akhir, melainkan awal dari transformasi besar Kalimantan Timur. Dengan luas wilayah setara Pulau Jawa dan sumber daya alam yang melimpah, Kaltim siap menjadi salah satu penopang utama ketahanan pangan nasional. “Asta Cita mengarahkan kita untuk mandiri dan berdaulat dalam pangan. Kaltim siap menjawab tantangan itu,” tegasnya.
Meski saat ini sekitar 60%–65% kebutuhan beras masih dipasok dari luar, terutama Jawa dan Sulawesi, Rudy melihat hal ini sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan inovasi, kolaborasi, dan teknologi pertanian. Rudy menekankan, ketahanan pangan tidak bisa hanya dinilai dari produksi beras.
Kaltim memiliki kekuatan di komoditas lain, mulai dari kopi dan kakao unggulan di Kutai Timur, Berau, dan Mahakam Ulu, hingga sektor peternakan dan perikanan laut. “Laut kita luas, hutan 8 juta hektare, kebun sawit 3 juta hektare, ini semua bisa disinergikan untuk menghasilkan pangan berbasis ekonomi hijau dan ekonomi biru,” katanya.
Salah satu strategi yang kini didorong adalah sistem pertanian terpadu, seperti menggabungkan perkebunan sawit dengan peternakan sapi, ayam petelur, dan budidaya ikan yang tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem.
CETAK SAWAH
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras luar, Pemprov Kaltim saat ini tengah menyiapkan 25 ribu hektare area cetak sawah. Upaya ini sejalan dengan arahan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan intensitas panen menjadi 2–3 kali dalam setahun.
Namun demikian, Rudy juga menyoroti kendala regulasi yang masih membatasi peran daerah dalam urusan pertanian. Berdasarkan UU 23/2014 dan UU 9/2015, kewenangan untuk penyediaan bibit, pupuk, pestisida, hingga alsintan (alat dan mesin pertanian) sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat. “Kami di daerah hanya sebagai pengawas. Untuk bisa mempercepat swasembada, regulasinya harus diperbaiki. Daerah harus diberi ruang untuk bekerja,” tegas Rudy.
Gubernur Rudy menutup paparannya dengan ajakan untuk memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, terutama dalam implementasi Asta Cita poin ke-4 dan ke-5, yakni soal kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. “Kalau pusat dan daerah bergerak bersama, tidak ada yang tidak bisa kita capai. Ketahanan pangan bukan sekadar soal logistik, ini soal masa depan bangsa,” pungkasnya.
Kaltim sudah menyalakan energi untuk Indonesia. Kini saatnya menumbuhkan pangan untuk Nusantara. Dengan potensi besar dan komitmen kuat, Kalimantan Timur siap menjadi salah satu pilar utama mewujudkan Asta Cita Prabowo-Gibran menuju Indonesia yang mandiri dan berdaulat. (Adv Diskominfo Kaltim/H-1)