
MENTERI Sosial Syaifullah Yusuf menegaskan, saat ini tidak kurang dari 3 juta anak usia sekolah yang tidak sekolah, putus sekolah ada sebagian lainnya terancam putus sekolah karena keluarganya masuk dalam kelompok miskin dan rentan miskin.
Pada pembekalan Pembekalan Wali Asuh dan Pengelola Asrama Sekolah Rakyat yang diadakan di Yogyakarta, hari Rabu, Gus Ipul menjelaskan, sebagian dari mereka ini dapat ditangani dan mendapat pendidikan melalui Sekolah Rakyat yang jumlahnya mencapai 160 unit dan mampu menampung 16.000 siswa.
Sekolah Rakyat, ujarnya, menjadi bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan dengan memberikan pendidikan kepada anak-anak yang berasal dari keluarga miskin maupun ekstrem.
"Ke depan tidak boleh ada orang tua yang miskin atau miskin ekstrem, anaknya kemudian juga pada lingkaran yang sama. Caranya melalui pendidikan. Jadi Sekolah Rakyat merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan,"katanya.
Dengan keinginan dan harapan tersebut, ujarnya maka rekrutmen siswa Sekolah Rakyat tidak melalui tes biasa dan tidak membuka pendaftaran. Namun ditelusuri melalui data tunggal yakni Data Tunggal Sosial Ekonomi (DTSEN). Tidak lagi ada data-data di institusi lain-lain.
Pada kesempatan itu Menteri Sosial Saifullah Yusuf juga menegaskan bahwa guru, wali asuh, dan wali asrama memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran atau pendidikan di Sekolah Rakyat (SR).
"Guru, wali asuh maupun wali asrama merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, mereka ini memiliki peran sentral bagi para siswa SR," kata Saifullah Yusuf saat membuka Pembekalan Wali Asuh dan Wali Asrama Sekolah Rakyat di BBPPKS Regional III Yogyakarta, di Kalasan, Kabupaten Sleman, Rabu (10/9).
Guru, wali asuh, dan wali asrama ujarnya diharapkan menjadi satu kesatuan untuk mendidik anak-anak yang tangguh, paling tidak menjadi pintar, berkarakter, dan terampil.
Wali asuh dan wali asrama , imbuhnya juga untuk memastikan siswa merasa aman dan nyaman, baik di ruang kelas maupun asrama. Tiga hal yang kami hindari dan kami mitigasi di SR ini, yakni perundungan, kekerasan seksual maupun intoleransi," katanya.
Dikatakan keberadaan wali asuh dan wali asrama juga mendapat pengawasan baik secara internal hingga berbagai instansi.
Selain itu, masalah kedisiplinan siswa juga menjadi perhatian utama, sehingga setiap anak memiliki jadwal ketat sejak bangun tidur sampai tidur kembali.
"Kami melibatkan peran TNI maupun Polri dalam penguatan kedisiplinan para siswa, anak-anak dilatih untuk bisa disiplin," katanya.
Menurut dia, yang paling penting adalah tiga kunci memahami Sekolah Rakyat, yakni memuliakan wong cilik seperti duafa, masyarakat ekonomi lemah, dan mereka yang selama ini suara tidak terdengar. "Pada program SR ini memberikan penghormatan dan fasilitas yang unggul kepada mereka," katanya. (H-2)