Ilustrasi Jalur Gaza.(Anadolu)
MENTERI Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan menyerukan intervensi internasional segera untuk menghentikan genosida di Gaza, sekaligus membela sistem multilateral global dan memaparkan strategi Kerajaan untuk stabilitas kawasan, keberlanjutan lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan dalam pidatonya di Sidang Umum PBB ke-80 pada Sabtu (27/9).
Pangeran Faisal menegaskan bahwa Arab Saudi bangga menjadi anggota pendiri organisasi ini, sambil mengajak negara-negara untuk menghidupkan kembali semangat multilateralisme yang mampu menjawab krisis-krisis masa kini.
Kerajaan, katanya, berkomitmen menerjemahkan prinsip-prinsip Piagam (PBB) menjadi kenyataan nyata dengan mempromosikan penghormatan terhadap hukum internasional, meningkatkan perdamaian dan keamanan internasional serta mendukung kerja sama multilateral.
Kutuk Agresi Israel
Menyoroti kondisi kemanusiaan di Gaza, Pangeran Faisal menyebut penderitaan rakyat Palestina sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, terlebih dengan ancaman kelaparan yang telah diumumkan secara resmi.
Ia mengecam praktik tak terkendali pasukan pendudukan Israel yang mencakup kelaparan, pemindahan paksa dan pembunuhan sistematis, yang menurutnya bertentangan langsung dengan Piagam PBB, hukum internasional dan hukum humaniter internasional.
Tindakan-tindakan tersebut, lanjutnya, dilakukan dengan mengabaikan sepenuhnya hak-hak historis dan hukum rakyat Palestina dengan tujuan menghapus hak-hak sah mereka.
Ia menuntut serangan Israel segera dihentikan serta akses kemanusiaan tanpa hambatan bagi warga Gaza.
"Sudah waktunya untuk menemukan solusi yang adil dan langgeng bagi masalah Palestina. Eskalasi militer tidak akan mencapai perdamaian atau keamanan," sebutnya
Solusi Dua Negara
Pangeran Faisal memperingatkan bahwa penanganan masalah Palestina yang terus berlanjut di luar kerangka hukum dan legitimasi internasionallah yang memperpanjang kekerasan dan memperdalam penderitaan.
Ia menegaskan bahwa satu-satunya jalan menuju perdamaian adalah solusi dua negara, dengan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
"Kegagalan komunitas internasional untuk mengambil tindakan tegas guna mengakhiri agresi dan pelanggaran Israel hanya akan menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakamanan lebih lanjut secara regional dan global dan akan meningkatkan kejahatan perang dan tindakan genosida," tegasnya.
Ambil Peran Aktif
Pangeran Faisal memaparkan peran aktif Riyadh dalam upaya internasional, termasuk kerja sama dengan Norwegia dan Uni Eropa untuk membentuk koalisi penerapan solusi dua negara, serta kemitraan dengan Prancis dalam penyelenggaraan Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai Masalah Palestina.
"Kami menyambut baik, semakin banyaknya negara yang mengakui Negara Palestina," katanya, sambil mendukung reformasi Otoritas Palestina.
"Upaya semacam itu membutuhkan lebih banyak dukungan dari komunitas internasional," pungkasnya. (Arab News/Fer/I-1)


















































