
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa optimistis pertumbuhan ekonomi nasional bisa tembus 8% jika digerakkan bersama oleh mesin negara dan swasta. Optimisme ini ia sampaikan dalam diskusi strategis bertajuk Great Lecture dengan tema Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8% yang diselenggarakan Great Institute di Menara Bidakara pada Kamis (11/9).
Menurut Purbaya, pertumbuhan ekonomi 8% sejatinya bukan merupakan hasil akhir namun suatu kebutuhan yang mesti diusahakan dengan sungguh-sungguh bila Indonesia ingin lepas dari middle income trap.
“Lihat Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Mereka pernah merasakan pertumbuhan dua digit dalam kurun waktu yang tidak singkat. Jika kita tidak mengusahakannya, kita akan selalu berada di posisi ini,” ujarnya.
Mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu melihat pangkal persoalan ekonomi saat ini terjadi karena likuditas yang kering, yang ditunjukkan oleh indikator M0 dalam perekonomian yang pertumbuhannya negatif. Berdasarkan pengalamannya, peristiwa yang serupa hampir sama terjadi pada saat pandemi covid-19, sehingga ia menyarankan kepada Presiden Joko Widodo saat itu agar menarik uang Rp300 triliun di Bank Indonesia agar dikembalikan ke sistem perbankan melalui berbagai program pemulihan ekonomi. Alhasil pada tahun 2021 kata Purbaya, ekonomi di Indonesia perlahan mulai pulih karena hantaman pandemi Covid-19.
Resep yang serupa ini menurut Menteri Keuangan akan dapat menggerakkan ekonomi nasional. "Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dorongan likuditas dari sisi fiskal terus diperkuat," tegas Purbaya.
Menkeu juga melihat perlambatan ekonomi saat ini juga terjadi akibat peran sektor swasta yang belum optimal.
"Pada periode Presiden SBY terjadi private-led growth (pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor swasta), pertumbuhan kredit mengalir sehingga sektor swasta tumbuh. Sementara pada periode Presiden Jokowi terjadi state-led growth (pemerintah yang berperan besar mendorong perekonomian). Pemerintah yang banyak berperan mendorong perekonomian, tetapi pertumbuhan kredit menurun dan utang naik, sekarang waktunya mesin ekonomi negara dan swasta bergerak," jelas Purbaya.
Sementara itu, Ketua Dewan Direktur Great Institute Syahganda Nainggolan dalam sambutannya menilai bahwa pertumbuhan ekonomi bisa dicapai melalui pemerataan (growth through equity).
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia dicapai melalui program-program yang inklusif dan pro rakyat, sehingga pertumbuhannya yang tidak hanya tinggi secara angka, namun juga inklusif dan merata," ujar Syahganda.
Pada kesempatan yang sama, pelaksana tugas Ketua Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi akan dapat dicapai. "Dengan kerja keras, optimisme, dan sinergi, target dapat diupayakan!", ujar Didik.
Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun yang hadir dalam kegiatan tersebut juga mengakui bahwa sektor riil saat ini sedang kekurangan dana. "Ekonomi 8% bukan suatu utopia dengan menggerakkan dua kebijakan fiskal dan moneter," ujar Misbakhun.
Politisi Partai Golkar ini juga optimis Purbaya dengan pendekatan yang berbeda akan memberikan terobosan pada sisi fiskal.
"Jangan berharap hasil yang berbeda dari cara yang sama dan orang yang sama," tandasnya. (E-3)