Menag: Deteksi Konflik Si-Rukun tidak Dibatasi Isu Agama

1 month ago 31
 Deteksi Konflik Si-Rukun tidak Dibatasi Isu Agama Peluncuran EWS Si-Rukun(Dok.HO)

KEMENTERIAN Agama (Kemenag) meluncurkan early warning system (EWS) Si-Rukun atau Sistem Deteksi Dini Indonesia Rukun. Sistem ini disiapkan sebagai langkah preventif untuk mencegah dan mengatasi Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan (KSBK). Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meminta jajarannya agar deteksi konflik tidak hanya dibatasi pada isu agama.

"Jadi tadi itu konflik pribadi menjadi konflik antar etnik, konflik antar agama, konflik antar (lainnya) yang bisa diteteksi. Jadi hari ini jangan hanya tentang agama tapi seluruh potensi konflik juga ikut kita deteksi," kata Menag saat meluncurkan EWS Si-Rukun di Jakarta, Senin (29/9).

Ia mengungkapkan bahwa sistem ini merupakan instrumen yang sangat vital bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, urgensi sistem ini sama dengan alat deteksi dini tsunami, yang menuntut respons cepat dan profesional dari seluruh jajaran Kemenag.

"Ada tiga hal yang perlu dideteksi. Yang pertama adalah fenomena gejala-gejala munculnya potensi konflik. Yang kedua, ketika muncul konflik. Dan yang ketiga adalah konflik itu sendiri," ujarnya.

Untuk menjamin kecepatan respons, Menag menginstruksikan seluruh pejabat terkait untuk siaga penuh. 

"Jadi kita di Kementerian Agama harus punya tiga kuasa. Karena potensi konflik ini bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat, seperti kedatangan tsunami, barangkali susah diprediksi, tapi berlangsung sangat cepat juga," sambungnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, menjelaskan bahwa EWS Si-Rukun merupakan sebuah sistem informasi yang datanya di lapangan dihimpun oleh para penyuluh, penghulu, dan rekan-rekan Kemenag di seluruh Indonesia.

Sistem ini dibangun berdasarkan penelitian tentang potensi dan modal yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah, seperti jumlah rumah ibadah, penyuluh, dan potensi konflik di suatu daerah.

Kemenag juga telah melatih tidak kurang dari 500 penyuluh yang dikhususkan untuk deteksi konflik, terutama di daerah dengan potensi konflik yang lebih besar.

"Kita akan terus melakukan penelitian, seperti tentang potensi wilayah yang kira-kira potensi konfliknya lebih besar. Kondisi sosial dan kebangsaan sangat dinamis, sehingga tentu penelitian itu tidak pernah statis, tidak pernah berlaku selamanya seperti itu, tapi ada dinamika. Kita tentu perlu terus mengambil langkah untuk memastikan supaya konsum kita, energi kita, bisa diarahkan ke potensi-potensi daerah-daerah yang potensi konflik," katanya.

Diketahui, EWS Si-Rukun dirancang untuk menghasilkan output yang terstruktur, yang mencakup Skor Potensi Konflik, Tingkat Respon, Pemetaan Daerah, Rekomendasi, Frekuensi Kasus & Laporan.

Sistem ini juga dilengkapi dengan mekanisme eskalasi yang berfungsi sebagai peringatan dini manakala konflik sosial berdimensi keagamaan berpotensi menjadi lebih besar. (Fik/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |