MBG Perlu Perbaikan Tata Kelola

1 month ago 10
MBG Perlu Perbaikan Tata Kelola Ilustrasi(Antara)

Pakar komunikasi Universitas Telkom Bandung, Muhammad Sufyan menilai, meski masih menemui banyak persoalan di lapangan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) layak dipertahankan karena terbukti memberi dampak positif.

“Lebih dari 31 juta penerima MBG bisa mengakses makanan bergizi dengan aman. Ini bagian dari upaya menurunkan stunting nasional yang masih 19,8 persen,” ujar Sufyan, Rabu (1/10).

Meski demikian, ia mengingatkan tantangan masih besar. UNICEF mencatat dua dari lima anak balita di Indonesia tidak mendapat makanan sesuai rekomendasi gizi, dan lebih dari 95 persen anak serta remaja kurang konsumsi buah dan sayur. Karena itu, menurutnya, Program MBG harus terus diperbaiki tata kelolanya agar tepat sasaran.

Dampak nyata MBG terlihat pada Rabu (01/10) pagi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Patriot, Kelurahan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Puluhan siswa berkebutuhan khusus menyambut mobil bertuliskan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang datang membawa 113 paket MBG. Anak-anak membantu guru dan petugas membawa ompreng makanan ke ruang kelas. Sebelum makan bersama, mereka dibimbing mencuci tangan. 

Di antara mereka, Raka (11), siswa autisme hiperaktif, tampak lahap menyantap nasi, ayam, tahu pepes, capcay wortel-brokoli, dan buah kelengkeng. “Enak,” ucapnya singkat sambil tersenyum.

Kepala SLB Patriot, Eulis Siti Hasanah, menegaskan MBG sangat membantu pemenuhan gizi sekaligus meringankan beban keluarga. “Alhamdulillah, anak-anak senang dan bahagia. Mereka sangat membutuhkan asupan gizi seimbang untuk tumbuh kembang. Orang tua juga terbantu karena sebagian besar harus mendampingi anak di sekolah dan tidak sempat menyiapkan bekal,” ujarnya.

Sekolah ini menaungi 40 siswa SD, 28 siswa SMP, dan 45 siswa SMA dengan beragam kebutuhan khusus, mulai dari tunarungu, tunanetra, tunagrahita, tunadaksa, autisme hingga down syndrome. Program MBG yang berlangsung sejak Juni 2025 selalu mendapat sambutan positif. “Makanan selalu habis, anak-anak bilang enak,” tambah Eulis.

Program MBG juga memunculkan kisah unik. Para pekerja dapur sering menemukan secarik kertas di dalam ompreng bekas pakai. Mereka menyebutnya “surat cinta” dari anak-anak penerima manfaat. “Isinya macam-macam, ada yang minta menu spaghetti, ada yang puji makanan, ada juga sekadar curhat,” kata Irwan Komar, asisten lapangan MBG. Surat-surat itu tidak dibuang, melainkan dikumpulkan setiap hari. Beberapa permintaan kemudian disampaikan ke dapur melalui grup WhatsApp guru.

SPPG Yayasan Ganda Saputra Mamun setiap hari menyalurkan 4.000 paket MBG di 32 titik, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SLB hingga Posyandu. Penerima manfaat mencakup anak usia dini, pelajar, balita non-PAUD, ibu hamil dan menyusui, serta anak berkebutuhan khusus. Ada pula menu khusus untuk penerima dengan diet tertentu, misalnya mengganti nasi dengan kentang rebus. Secara keseluruhan, distribusi mencapai lebih dari 3.500 porsi makanan per hari.

Ketua Yayasan, Dadan Daruslan, mengatakan program ini melibatkan 50 tenaga kerja, mayoritas warga sekitar, ditambah tenaga ahli dari Badan Gizi Nasional. “Kami sudah menjalankan program MBG sejak Juni 2025 dan akan terus berkomitmen menjaga kualitas gizi serta keamanan makanan,” ujarnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |