Mahasiswa Meninggal, PPI Belanda Tolak Keras Permintaan Fasilitasi Kunjungan Pejabat

6 days ago 17
Mahasiswa Meninggal, PPI Belanda Tolak Keras Permintaan Fasilitasi Kunjungan Pejabat Mendiang Muhammad Athaya Helmy Nasution, mahasiswa Indonesia di Belanda yang meninggal saat bertugas mendampingi kunjungan pejabat Indonesia, Rabu (27/8).(Dok. PPI Groningen)

SEORANG mahasiswa Indonesia di Belanda, Muhammad Athaya Helmy Nasution, meninggal dunia saat bertugas mendampingi kunjungan pejabat Indonesia di Wina, Austria, Rabu (27/8). Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan PPI  Groningen melalui akun media sosial resmi mereka, Senin (8/9), menyatakan menolak keras segala bentuk permintaan maupun praktik pemfasilitasan perjalanan dinas pejabat publik oleh mahasiswa/mahasiswi.

Mereka menyatakan penolakan itu terlebih jika dilakukan tanpa kontrak resmi, perlindungan hukum dan mekanisme yang jelas. Pernyataan itu ditanda Sekretaris Jenderal PPI Belanda 2024/205 Vadaukas Valubia Laudza dan Ketua PPI Gronongen 2024/2025 Yosafat Beltsazar. Athaya Helmi menjabat sebagai Manajer Humas PPI Groningen.

PPI Belanda dan PPI Groningen juga menyerukan mahasiswa Indonesia di Belanda agar tidak menerima tawaran serupa, terutama yang datang lewat jalur pribadi atau pertemanan. Mereka juga meminta agar setiap ajakan pemfasilitasan dilaporkan langsung ke PPI Belanda.

Dalam unggahan tersebut PPI Belanda juga mengungkapkan lembaga yang didampingi Athaya Helmi. "Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution yang merupakan anggota PPI Groningen dalam rangka mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, OJK dan Bank Indonesia) pada tanggal 25-27 Agustus 2025 di Wina Austria," tulis PPI Belanda melalui akun media sosial resmi dilansir Selasa (9/9).

Dugaan Penyebab Kematian

Hasil otopsi forensik menyebutkan almarhum suspected seizure kemungkinan besar mengala akibat kurang cairan dan nutrisi, yang berujung pada ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia. Kondisi ini memicu stroke setelah ia seharian beraktivitas sebagai pemandu.

Meski demikian, pihak keluarga mengeluhkan tidak adanya permintaan maaf maupun pertanggungjawaban dari event organizer (EO) maupun koordinator liaison officer (LO) yang mengoordinasi kegiatan tersebut. Keluarga juga menilai pihak penyelenggara lebih fokus pada persiapan acara makan bersama pejabat publik daripada menemui mereka yang datang ke Wina untuk mengurus jenazah.

Kritik PPI Belanda

PPI Belanda menilai tragedi ini menunjukkan risiko serius bagi mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan pejabat negara di luar negeri. "Menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa/mahasiswi dalam memfasilitasi kunjungan pejabat publik di luar negeri berpotensi menempatkan mereka pada situasi yang tidak aman dan penuh risiko," tulis pernyataan sikap PPI Belanda.

PPI Belanda mendesak pertanggungjawaban EO, LO serta KBRI Den Haag. Mereka menilai perlindungan terhadap pelajar Indonesia harus menjadi prioritas utama. "Koordinator Liaison Officer harus segera merespons peristiwa meninggalnya Almarhum," tegas pernyataan tersebut.

Selain itu, PPI Belanda juga menuntut akuntabilitas dari KBRI Den Haag serta KBRI di berbagai negara lainnya untuk menghentikan pelibatan mahasiswa dalam kunjungan atau perjalanan pejabat publik di luar negeri tanpa koordinasi resmi dengan PPI.

Organisasi pelajar ini juga mendorong PPI Dunia mempercepat pembahasan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pelajar agar tragedi serupa tidak terulang.

"Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Kami berharap semua pihak terkait dapat mengambil tanggung jawab penuh, agar tragedi serupa tidak pernah terulang kembali. Jangan sampai ada lagi pelajar Indonesia yang menjadi korban atas praktik kerja eksploitatif untuk kepentingan pejabat negara," pungkas pernyataan PPI Belanda. (M-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |