Sebidang kecil ruang angkasa tempat para ilmuwan menemukan Segue 1, pada tahun 2006.(Marla Geha / W.M. Keck Observatory)
SEBUAH tugas kuliah astronomi di Universitas Texas berujung pada penemuan luar biasa yang kini dimuat dalam The Astrophysical Journal Letters. Kelas gabungan antara kampus Austin dan San Antonio itu membawa para mahasiswa menemukan lubang hitam supermasif tersembunyi di galaksi mini bernama Segue 1.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mengira galaksi kecil yang mengorbit Bima Sakti sejauh 75.000 tahun cahaya itu dipenuhi materi gelap. Zat misterius di alam semesta yang tidak memantulkan cahaya.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan sebagian besar massa Segue 1 justru berasal dari lubang hitam supermasif yang belum pernah diketahui sebelumnya. Objek tersebut diperkirakan memiliki massa sekitar 450.000 kali massa Matahari.
Penelitian ini dipimpin oleh Nathaniel Lujan, mahasiswa pascasarjana di San Antonio. Menggunakan teknik pemodelan komputer yang ia pelajari dalam mata kuliah Galactic and Gravitational Dynamics.
Dalam presentasinya di pertemuan American Astronomical Society di Alaska, Lujan menyebut temuan ini luar biasa. Karena Segue 1 merupakan galaksi yang sangat redup, tetapi ternyata menyimpan lubang hitam dengan massa setengah juta Matahari di pusatnya.
Segue 1 pertama kali diidentifikasi pada 2006 melalui teleskop Sloan Digital Sky Survey di New Mexico. Galaksi tersebut memiliki sedikit bintang sehingga tidak cukup kuat untuk menahan dirinya dengan gravitasi. Sebelumnya, para ilmuwan menduga ada lingkaran materi gelap yang menjaga galaksi itu agar tetap utuh.
Berawal dari Proyek Kelas
Menurut Karl Gebhardt, profesor astronomi di UT Austin, Segue 1 awalnya dipilih sebagai bahan tugas rumah. Ia dan Richard Anantua, dosen dari UT San Antonio, ingin mahasiswa mempelajari cara menjalankan simulasi komputer. Untuk menafsirkan fenomena yang tidak bisa dilihat secara langsung.
Kelas dibagi menjadi tiga kelompok dengan fokus berbeda: satu meneliti materi gelap, satu memodelkan keberadaan lubang hitam, dan satu lagi mengamati jumlah bintang. Tujuannya adalah menemukan skenario yang paling cocok dengan perilaku bintang di galaksi tersebut.
Setelah menghapus data bintang di pinggiran galaksi yang tertarik oleh gravitasi Bima Sakti, mahasiswa menganalisis gerak bintang yang tersisa. Hasilnya terlihat bintang di pusat Segue 1 bergerak cepat dan rapat. Menandai adanya lubang hitam besar di tengahnya, model dengan keberadaan lubang hitam paling sesuai dengan data yang diamati.
Mengubah Pemahaman tentang Galaksi Kerdil
Lubang hitam merupakan wilayah dengan gravitasi ekstrem yang dapat menelan cahaya. Dulu keberadaannya masih diragukan, hingga pada 2019 Teleskop Event Horizon berhasil menangkap gambar pertama lubang hitam di galaksi Messier 87.
Kejutan terbesar dari penelitian ini adalah ukuran lubang hitam di Segue 1, yang sepuluh kali lebih berat dari seluruh bintangnya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kebanyakan galaksi, di mana bintang lebih dominan dibanding lubang hitamnya.
Lujan menduga Segue 1 mungkin dulunya galaksi yang lebih besar. Tetapi interaksi gravitasi dengan Bima Sakti menghambat pembentukan bintang baru. Ia berencana menggunakan kecerdasan buatan untuk meneliti galaksi kecil lain yang diyakini kaya materi gelap.
Gebhardt menyebut penelitian ini sebagai pengingat bahwa pandangan baru terhadap data lama bisa menghasilkan penemuan penting. Ia menambahkan bahwa galaksi seperti Segue 1 bisa menjadi gambaran tentang alam semesta pada masa awal pembentukannya.
“Galaksi seperti ini memberi kita petunjuk bahwa alam semesta selalu menemukan cara untuk membangun sesuatu yang menakjubkan,” ujarnya.
Sumber: Mashable


















































