
KAPTEN tim Piala Davis Australia, Lleyton Hewitt, dijatuhi hukuman larangan bertanding selama dua minggu dan denda sebesar A$30.000 setelah dinyatakan bersalah mendorong seorang petugas pengawas doping.
Hewitt mendorong seorang sukarelawan pendamping antidoping berusia 60 tahun setelah kekalahan Australia dari Italia di semifinal Piala Davis, November lalu, di Malaga, Spanyol.
Peraih gelar tunggal Grand Slam dua kali itu didakwa pada Januari karena melakukan tindakan ofensif terhadap seorang petugas pengawas doping.
Ia membantah tuduhan tersebut—yang diajukan oleh Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) setelah meninjau bukti video, pernyataan saksi, dan wawancara—dan menyebut tuduhan tersebut sebagai pembelaan diri.
Namun, ITIA mengonfirmasi pada Rabu (10/9) bahwa pengadilan independen telah menguatkan tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa tindakan pria berusia 44 tahun itu "tidak memenuhi persyaratan pembelaan diri" dan dorongan tersebut "terlalu kuat atau memaksa dan berlebihan atau tidak proporsional".
Hewitt akan dilarang berpartisipasi dalam "semua kegiatan yang berhubungan dengan tenis" mulai 24 September hingga 7 Oktober.
Ia akan dapat menjadi kapten Australia saat mereka menjamu Belgia di babak kedua kualifikasi Piala Davis pada 13-14 September di Sydney.
Ketua pengadilan, Michael Heron, mengatakan mereka tidak ingin skorsing tersebut menjadi "hukuman yang terlalu berat" bagi Hewitt karena memengaruhi jadwal Piala Davis-nya.
Hewitt, yang memenangkan AS Terbuka pada 2001 dan Wimbledon pada 2002, dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut, tetapi ITIA mengatakan belum ada banding yang diajukan.
"Personel antidoping memainkan peran fundamental di balik layar dalam menegakkan integritas tenis dan mereka seharusnya dapat menjalankan peran mereka tanpa takut akan kontak fisik," kata CEO ITIA, Karen Moorhouse, dalam sebuah pernyataan.
"Dalam kasus ini, batas tersebut jelas telah dilewati dan kami tidak punya pilihan lain selain mengambil tindakan," pungkasnya. (bbc/Z-1)