Penumpukan lemak di hati(Freepik)
PENUMPUKAN lemak berlebih di hati, yang dikenal sebagai fatty liver disease, dapat menimbulkan risiko serius jika tidak ditangani segera. Hal ini disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi-hepatologi dari Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, Lianda Siregar, yang menegaskan bahwa kondisi ini bisa berkembang menjadi fibrosis, sirosis, hingga kanker hati.
dikutip dariAntara, Lianda mengungkapkan bahwa fatty liver disease merupakan salah satu penyakit hati yang umum terjadi setelah hepatitis A, B, dan C. Berdasarkan data epidemiologi, perlemakan hati ini dialami oleh sekitar 10 hingga 35 persen populasi umum, dengan angka yang lebih tinggi pada penderita obesitas, yakni mencapai 40 hingga 90 persen.
Steatosis hati atau perlemakan hati sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Namun, jika kondisi ini tidak terdeteksi dan ditangani dengan tepat, bisa berkembang menjadi fibrosis, sirosis, bahkan kanker hati. “Penting untuk mendeteksi kondisi ini sejak dini untuk mencegah perkembangan lebih lanjut,” kata Lianda.
Perlemakan hati sendiri dibagi menjadi dua jenis berdasarkan penyebabnya, yakni Alcoholic Fatty Liver Disease (AFLD) yang disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan, dan Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang terjadi tanpa adanya konsumsi alkohol. AFLD terjadi ketika konsumsi alkohol yang berlebihan mengganggu metabolisme hati, memaksa hati bekerja lebih keras dan menyebabkan penumpukan lemak. Sementara itu, NAFLD lebih sering dikaitkan dengan kondisi medis seperti obesitas, diabetes, hipertensi, serta penggunaan obat-obatan tertentu.
Jika tidak ditangani, NAFLD bisa berkembang menjadi Non-Alcoholic Steatohepatitis (NASH), sebuah kondisi peradangan yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel hati dan pembentukan jaringan parut (fibrosis). Seiring berjalannya waktu, fibrosis ini bisa berkembang menjadi sirosis yang menyebabkan kerusakan hati permanen dan bahkan berpotensi menjadi kanker hati.
Penyakit hati seringkali tidak menampilkan gejala spesifik pada tahap awal, sehingga pemeriksaan secara rutin sangat penting.
“Gejala baru akan muncul ketika perlemakan hati sudah cukup parah, seperti rasa lelah yang berlebihan, nyeri perut, pembesaran hati, hingga gejala lebih serius seperti mata dan kulit menguning (jaundice) serta gatal-gatal,” ujar Lianda.
Untuk mencegah dan mengatasi perlemakan hati, perubahan gaya hidup menjadi langkah yang sangat penting. Lianda menyarankan agar kita mengadopsi pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, serta melakukan olahraga secara teratur minimal 30 menit setiap hari. Selain itu, menghindari konsumsi alkohol dan makanan berlemak tinggi juga sangat dianjurkan.
Pemeriksaan dini untuk penyakit hati, termasuk perlemakan hati, dapat dilakukan menggunakan alat seperti FibroScan, yang memungkinkan penilaian kekakuan hati dan deteksi fibrosis atau sirosis tanpa perlu prosedur sayatan.
“FibroScan memungkinkan pemeriksaan yang cepat, tanpa rasa sakit, dan dapat membantu mendeteksi masalah pada hati sejak dini,” pungkas dr. Lianda. (Z-10)


















































