
JULI 2025 menjadi tanda titik bersejarah bagi Laut Mediterania. Suhu rata-rata permukaannya mencapai 80,4°F (sekitar 26,9°C). Menjadi angka tertinggi yang pernah tercatat.
Bahkan di beberapa kawasan seperti Spanyol, Italia, dan Yunani, suhu mencapai 82°F (27,8°C). Membuat suhu laut terasa seperti “bak mandi panas” daripada lautan pada umumnya.
Bagi sebagian orang, kondisi ini mungkin terdengar ideal untuk berenang. Namun, bagi kehidupan laut dan ekosistem yang bergantung pada kestabilan suhu, merupakan peringatan serius.
Tidak seperti samudra terbuka, Laut Mediterania adalah laut semi-tertutup. Laut ini terhubung dengan Samudra Atlantik melalui Selat Gibraltar yang sempit. Sehingga pertukaran air berlangsung lebih lambat.
Akibatnya, panas, polusi, dan tingkat keamanan lebih cepat menumpuk di wilayah ini dibandingkan laut lainnya.
Suhu Permukaan Laut Naik
Data menunjukkan antara 1982 dan 2019. Suhu permukaan Laut Mediterania naik 2,3°F (1,27°C). Hampir dua kali lipat dari rata-rata kenaikan suhu laut global yang hanya sekitar 1°F (0,55°C).
“Apa yang terjadi di Mediterania sering kali menjadi gambaran awal tentang perubahan yang akan terjadi di laut-laut lain di dunia,” kata Abed El Rahman Hassoun, pakar oseanografi dari Helmholtz Centre for Ocean Research Kiel.
“Laut Mediterania berfungsi seperti sistem peringatan dini. Untuk proses-proses yang nantinya memengaruhi lautan global,” tambahnya.
Tim peneliti meninjau 131 studi ilmiah tentang dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut dan pesisir di Mediterania. Mereka menggunakan data dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) untuk memproyeksikan risiko di berbagai skenario emisi.
Hasilnya dievaluasikan dalam bentuk diagram “burning ember” atau peta risiko. Menunjukkan seberapa besar ancaman terhadap ekosistem pada tiap tingkat kenaikan suhu.
“Diagram tersebut menunjukkan betapa seriusnya ancaman perubahan iklim terhadap ekosistem penting di Mediterania,” jelas Meryem Mojtahid, profesor paleo-oseanografi.
Banyak orang mengira kenaikan suhu 0,8°F (sekitar 0,44°C) tidaklah signifikan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kenaikan sekecil itu bisa menimbulkan dampak besar:
- Padang lamun seperti Posidonia oceanica. Berpotensi berkurang drastis dan bahkan punah pada 2100.
- Rumput laut asli seperti Cystoseira menurun populasinya, digantikan alga invasif yang mengganggu keseimbangan ekosistem.
- Populasi ikan bisa menurun 30–40%, memicu migrasi ke laut yang lebih dingin.
- Terumbu karang relatif lebih tahan, tetapi hanya sampai batas tertentu. Risiko kerusakan sedang hingga tinggi dimulai ketika suhu naik sekitar 5,6°F (3,1°C) di atas kondisi saat ini.
Ancaman bagi Pesisir Mediterania
Selain pemanasan laut, kenaikan permukaan air laut menambah tekanan pada wilayah pesisir. Area dengan ketinggian hingga 30 kaki dari permukaan laut semakin terancam.
Dampak:
- Situs peneluran penyu laut berkurang drastis, lebih dari 60% lokasi berpotensi hilang.
- Keanekaragaman hayati tebing berbatu menurun.
- Lahan basah, laguna, rawa asin, dan delta mulai mengalami kerusakan, bahkan pada kenaikan suhu 0,8°F hingga 1,0°F.
Gangguan ini diperparah oleh kekeringan, banjir, perubahan pola curah hujan, dan munculnya spesies invasif.
Para ilmuwan memodelkan dua skenario IPCC untuk memproyeksikan masa depan Mediterania:
- Skenario moderat (RCP 4.5): Suhu Mediterania diperkirakan naik 1,1°F (0,6°C) pada 2050 dan 2,3°F (1,27°C) pada 2100.
- Skenario tinggi (RCP 8.5): Suhu bisa meningkat antara 4,9°F (2,7°C) hingga 6,8°F (3,7°C) pada akhir abad ini.
Meski riset ini komprehensif, masih ada kekurangan besar dalam data suhu. Selain itu, masih sedikit penelitian tentang habitat laut dalam, rawa asin, dan megafauna laut juga belum cukup dieksplorasi. (earth/Z-2)