Korporasi Masih Jadi Penyebab Utama Karhutla

2 hours ago 1
Korporasi Masih Jadi Penyebab Utama Karhutla Area lahan gambut.(Dok. Pantau Gambut)

PANTAU Gambut dan Madani Berkelanjutan mencatat bahwa aktivitas perkebunan monokultur skala besar di area konsesi korporasi masih menjadi penyebab utama kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun ini.

Hal tersebut tentunya bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni yang menyatakan bahwa karhutla 2025 disebabkan oleh cuaca panas dan aktivitas masyarakat.

"Pernyataan Menteri Kehutanan tentang cuaca ekstrem sebagai penyebab karhutla keliru dan membenarkan praktik salah korporasi di area Hidrologis Gambut (KHG)," kata peneliti Pantau Gambut, Juma Maulana dalam acara media briefing di Jakarta, Senin (15/9).

‎Madani Berkelanjutan mencatat bahwa Angka Indikatif Terbakar (AIT) seluas 89.330 hektare pada Januari-Agustus 2025. Kebakaran tersebut terjadi di konsesi Hak Guna Usaha (HGU) sawit, migas, minerba, dan Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH).

‎Sementara, Pantau Gambut mencatat 9.336 titik api di area HGU dan PBPH pada periode yang sama. Jumlah keseluruhan data itu pun bahkan lebih tinggi dibanding tahun 2023 saat Indonesia mengalami El Nino.

"Pada Juli 2025, 99.099 hektare terbakar, hampir dua kali lipat dari 53.973 hektare pada Juli 2023," ujarnya.

‎Selain itu, titik panas di Kesatuan Hidroogis Gambut (KHG) juga melonjak empat kali lipat dari 3.157 pada 2023 menjadi 13.608 pada Juli 2025.

Sementara di tingkat provinsi, Kalimantan Barat mengalami lonjakan karhutla tertinggi. AIT meningkat dari 1.300 hektare pada Juni menjadi 40.000 hektare di Agustus 2025.

‎"Titik panas di KHG provinsi tersebut juga melonjak dari 327 menjadi 7.483," tuturnya.

‎Juma pun menegaskan bahwa pemerintah harus fokus pada perlindungan gambut dan penegakan hukum tanpa tebang pilih. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |