
KORBAN pencabulan yang dilakukan WS guru di sebuah pondok pesantren di Cirebon, mengalami trauma dan menjadi tertutup kepada pihak keluarga. Salah satu korban tersebut berinisial MAM berusia 13 tahun asal Purwakarta, Jawa Barat.
Saat ditemui di rumahnya, ibu korban berinisial RR mengungkapkan, kejadian yang memimpa anaknya saat berada di pondok pesantren di Cirebon. Peristiwa yang dialami anaknya tersebut terjadi sekitar Juni 2024.
Menurut RR, waktu itu anaknya diperintahkan masuk ke dalam salah satu ruangan oleh gurunya berinisial WD. Gurunya meminta korban untuk memijatnya. Korban bersama teman-teman lainnya memang beberapa kali kerap diminta untuk memijat pelaku di salah satu ruangan di pesantren tersebut.
Namun, tiba-tiba lanjut RR, tangan korban ditarik yang kemudian, korban diminta untuk memainkan alat vital pelaku. "Awal mulanya begini ya. Si anak itu disuruh memijit sama ustadnya. Awalnya sih mijat biasa-biasa aja, namun hingga akhirnya terjadi perbuatan yang semestinya tidak dilakukan seorang guru ngaji," kata RR yang ditemui di rumahnya, Minggu (2/3)
RR menjelaskan hal yang membuat anaknya tidak berani bersuara sebelumnya, bukan karena ancaman, melainkan, saat kejadian pelaku mengiming-imingi korban dipinjamkan jas untuk kegiatan acara wisuda.
Usai kejadian tersebut, menurut RR, kondisi anaknya sempat lebih emosional dengan psikologis yang naik dan turun. Parahnya lagi, akibat perbuatan bejat ustad bejat tersebut, anaknya menjadi berprilaku aneh. "Pulang dari pondok dan setelah kejadian itu, psikologis anak saya gak stabil. Naik turun gitu," ungkap RR.
Saat ini, ibu korban lebih memilih anaknya tidak melanjutkan di pesantren akibat kejadian tersebut. RR berharap pelaku dapat dihukum seberat-beratnya sesuai perundang-undangan yang berlaku karena sudah merusak mental anaknya. (E-2)