Petugas mengukur bangkai komodo yang diduga tertabrak kendaraan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.(Dok. BBKSDA NTT)
SEEKOR Komodo remaja ditemukan mati di ruas jalan antara Kampung Kenari menuju Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Satwa dilindungi ini diduga kuat mati akibat tertabrak kendaraan yang melintas di jalur tersebut.
Informasi awal diperoleh dari unggahan akun media sosial, kemudian petugas Resort Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT) melakukan verifikasi dengan menghubungi langsung pemilik akun bernama Engel.
Dari keterangan Engel, diketahui Komodo tersebut ditemukan pada Sabtu (18/10) di kilometer 16.
"Saat melintas, Engel melihat Komodo dalam kondisi sudah tidak bernyawa, bersama beberapa rekannya, Engel memindahkan bangkai Komodo ke tepi jalan agar tidak mengganggu lalu lintas. Dari pengamatan mereka, Komodo tersebut memiliki luka benturan yang mengarah pada dugaan tertabrak kendaraan," Kepala BBKSDA NTT Adhi Nurul Hadi, Jumat (24/10).
Menurutnya, petugas resort kemudian menuju lokasi kejadian untuk melakukan pemeriksaan. Setibanya di lokasi, petugas menemukan bangkai Komodo sesuai dengan laporan masyarakat tersebut, kemudian melakukan dokumentasi, pengukuran tubuh, dan pencatatan kondisi sekitar.
Hasil pendataan morfologi menunjukkan panjang kepala 12 cm, panjang tubuh keseluruhan 150 cm, panjang ekor 92 cm, jenis kelamin: diduga jantan, dan kategori umur remaja.
Bangkai Komodo selanjutnya dibawa ke kantor Resort KSDA di Labuan Bajo untuk proses dokumentasi lebih lanjut dan dikuburkan secara layak di area halaman kantor sesuai prosedur penanganan satwa dilindungi.
“Respons cepat dari masyarakat seperti ini sangat membantu kami. Pelestarian Komodo adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” ujarnya.
Petugas juga mengimbau masyarakat serta pengguna jalan agar lebih waspada saat melintas di kawasan habitat alami Komodo, terutama di jalur yang berdekatan dengan hutan atau semak. Komodo memiliki wilayah jelajah luas dan sering berpindah melintasi jalan raya, terutama saat suhu berubah atau sedang mencari mangsa.
Dia mengatakan, peristiwa ini menjadi pengingat penting akan perlunya kesadaran bersama untuk melindungi satwa liar di tengah pembangunan infrastruktur dan meningkatnya mobilitas manusia di kawasan konservasi. Pemasangan rambu peringatan satwa menyeberang, pembatas kecepatan, dan edukasi publik diharapkan dapat mencegah kejadian serupa di masa depan.
"Dengan kolaborasi cepat antara masyarakat dan petugas KSDA, diharapkan kejadian kematian satwa dilindungi akibat kecelakaan lalu lintas dapat diminimalkan, dan Komodo sebagai kebanggaan Indonesia tetap lestari untuk generasi berikutnya," kata Adhi Nurul Hadi. (H-3)


















































