Kolaborasi Lintas Sektor Diharapkan Tekan Kasus DBD

6 hours ago 1
Kolaborasi Lintas Sektor Diharapkan Tekan Kasus DBD Media briefing bertajuk Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue.(Antara)

Sebagai bagian dari upaya memperkuat kewaspadaan terhadap peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di musim hujan, Kementerian Kesehatan dan pemangku kepentingan terkait menyelenggarakan media briefing bertajuk Urgensi dan Kepemimpinan Indonesia dalam Perjuangan Melawan Dengue. Acara tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi multisektor berkelanjutan sebagai fondasi tata laksana dengue.

Menurut prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan 2025/2026 di Indonesia diperkirakan dimulai lebih awal. Beberapa wilayah bahkan sudah memasuki sejak Agustus dan mencapai puncaknya antara November–Desember 2025. Kondisi ini meningkatkan risiko hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Itu semua merupakan faktor yang dapat mempercepat perkembangbiakan nyamuk dan memperluas penularan penyakit seperti DBD.

Derek Wallace, President Global Vaccine Business Unit Takeda, mengungkapkan, Indonesia masih mencatat angka kematian paling besar di Asia akibat dengue. Data dari ASEAN Dengue Summit 2025, Indonesia menyumbang sekitar 66% kematian akibat dengue di Asia, sekaligus menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi di kawasan ASEAN pada 2024.

Namun di tengah tren peningkatan global tersebut, Indonesia justru berhasil menekan laju kasus demam berdarah secara signifikan pada tahun 2025, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi dan mencerminkan kuatnya komitmen pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan terkait dalam pengendalian dengue.

"Untuk mempertahankan momentum ini, harus ada kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan, melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, dan sektor swasta untuk memperkuat pencegahan, memperluas jangkauan edukasi masyarakat, serta memastikan kesiapsiagaan menghadapi potensi peningkatan kasus di masa mendatang," ujar Wallace.

Sementara itu, Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan Indonesia telah mengintensifkan upaya penanggulangan melalui pendekatan komprehensif multi-sektoral sesuai Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS 2021–2025). Ia mencatat bahwa kasus dengue memang menunjukkan lonjakan dalam dua dekade terakhir (dari 95.279 kasus pada 2005 meningkat menjadi 257.271 pada 2024), sehingga kewaspadaan dan kolaborasi tetap sangat diperlukan karena penyakit ini masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti, selain ancaman jiwa, dengue juga menimbulkan beban besar bagi sistem kesehatan nasional dan ekonomi keluarga. Klaim rawat inap meningkat dari sekitar Rp626 miliar di 2021 menjadi lebih dari Rp2,9 triliun pada 2024. Ia menegaskan bahwa pencegahan dan pengendalian harus terus diperkuat dalam kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan swasta.

Dari sisi klinis, Penasihat Satgas Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Samsuridjal Djauzi menyatakan bahwa infeksi dengue pada dewasa dengan komorbiditas seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan ginjal bisa berisiko hingga 2-7 kali lebih berat. Ia menekankan bahwa pencegahan dan deteksi dini sangat penting, termasuk imunisasi.

Ketua Harian Koalisi Bersama Lawan Dengue Asik Surya menyimpulkan bahwa untuk mencapai target Nol Kematian Akibat Dengue pada 2030, diperlukan kepemimpinan yang kolaboratif, terorganisir, berbasis data dan lintas sektor, mulai dari komunitas hingga tingkat nasional.

Takeda menegaskan bahwa sebagai perusahaan kesehatan global, mereka siap mendukung upaya nasional melawan dengue, bekerja bersama seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat pencegahan, edukasi, dan kolaborasi menuju visi Indonesia bebas kematian akibat dengue pada 2030. (Ant/E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |