Kolaborasi Inovatif AstraZeneca dan Good Doctor Telah Meningkatkan Kesadaran dan Keinginan Masyarakat Melakukan Skrining Asma

1 month ago 30
Kolaborasi Inovatif AstraZeneca dan Good Doctor Telah Meningkatkan Kesadaran dan Keinginan Masyarakat Melakukan Skrining Asma Digitalisasi penanganan Asma inovasi AstraZeneca dan Good Doctor.(Dok. Freepik)

DIGITALISASI dalam bidang kesehatan memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan yang berkualitas dalam kondisi apa pun. Sebagai penyakit pernapasan kronis yang dapat menimbulkan kondisi serius, bahkan dalam kasus paling parah dapat mengakibatkan kematian, pasien asma membutuhkan layanan kesehatan berkualitas yang berkesinambungan. Dengan demikian, mereka tetap dapat menjalani kehidupan normal dan aktif.

Memahami kebutuhan itu, AstraZeneca dan Good Doctor sejak tahun lalu telah berkolaborasi untuk memberikan layanan kesehatan dengan digitalisasi bagi masyarakat luas. Baik AstraZeneca maupun Good Doctor memiliki misi yang sama untuk memberikan layanan kesehatan yang komprehensif mulai dari edukasi, skrining, hingga pengobatan. Edukasi untuk memahami pengobatan asma yang tepat sangat diperlukan guna mengurangi risiko eksaserbasi (kekambuhan) dan ketergantungan berlebihan pada obat tertentu.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi mengenai penyakit asma berdampak signifikan terhadap peningkatan pengetahuan mengenai asma dan keterampilan pengelolaan asma.

Sebuah studi di Family Medicine Clinics menunjukkan bahwa intervensi edukasional yang diterapkan di tempat perawatan primer dapat menghasilkan perbaikan signifikan pada luaran pasien asma dan mengurangi kunjungan tidak terjadwal serta penggunaan obat yang tidak tepat seperti antibiotik.

Studi lain secara khusus menyoroti efektivitas program edukasi asma secara daring pada pasien asma dewasa di 21 tempat praktik dokter umum di Bavaria, Jerman. Hasil penelitian menunjukkan, program pendidikan asma daring efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang asma, meningkatkan keterampilan pengendalian gejala dan pengelolaan diri, serta berkontribusi pada peningkatan perawatan asma di tempat praktik dokter umum.

Meskipun dilakukan di negara lain, hasil penelitian tersebut ternyata senada dengan hasil yang diperoleh dari program edukasi yang dilakukan dalam kolaborasi AstraZeneca dan Good Doctor. Lebih dari 7 juta orang telah terpapar konten edukasi tentang asma dari kolaborasi ini. Dari 7 juta itu, 300.000 orang diantaranya tergerak untuk mencari tahu lebih lanjut. Kesadaran yang terbentuk itu mendorong lebih dari 17.000 orang melakukan skrining melalui tautan “Skrining Risiko Asma dan Ketergantungan Pelega SABA”. Hasilnya, 29% pengguna yang melakukan skrining memiliki risiko sedang-tinggi ketergantungan pelega SABA, dan 49% pengguna berpotensi mengidap asma.

Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, mengatakan, “Sebagai perusahaan biofarmasi global, AstraZeneca memahami pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk bersama Good Doctor, dalam mendukung tatalaksana asma di Indonesia. Selama satu tahun perjalanan kemitraan ini, kami telah melihat dampak positif yang signifikan, dimana jutaan masyarakat semakin sadar akan asma dan urgensi penanganan yang tepat. Pencapaian ini menjadi dorongan bagi kami untuk terus mengedukasi, memperluas jangkauan kampanye, serta mendorong masyarakat melakukan skrining secara proaktif sehingga dapat memperoleh pengobatan yang sesuai dan tepat.”

Kesadaran masyarakat luas terhadap penanganan asma yang tepat perlu terus dibangun karena asma memengaruhi 262 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2019 dan menyebabkan sekitar 455.000 kematian.3 Sementara di Indonesia, prevalensi asma berdasarkan diagnosis dokter mencapai 1,6% dengan proporsi kekambuhan dalam 12 bulan terakhir sebesar 58,3%.

Dengan peningkatan pemahaman melalui program edukasi, pasien asma dapat mengelola penyakitnya dengan tepat, sehingga mengurangi penggunaan obat tertentu secara berlebihan yang bisa menimbulkan ketergantungan. Beberapa hasil penelitian berikut menunjukkan efek negatif ketergantungan terhadap obat asma tertentu.

Layanan kesehatan yang berkesinambungan bagi orang dengan asma tidak berarti ketergantungan terhadap obat asma tertentu. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana asma yang komprehensif yang meliputi edukasi, deteksi dini, dan pengobatan.

Ketergantungan berlebihan pada obat asma tertentu terlihat dalam studi lintas negara SABINA (SABA Use in Asthma) III. Studi yang melibatkan 8.351 pasien dari 24 negara ini menunjukkan 38% pasien asma menerima tiga atau lebih kanister inhaler SABA (short-acting beta-2 agonists) dalam setahun.

Sebagai salah satu negara yang diikutsertakan dalam penelitian ini, 37% pasien di Indonesia diresepkan tiga atau lebih kanister SABA per tahun.5

Hasil studi ini menunjukkan, peresepan tiga atau lebih kanister SABA versus kurang dari 3 kanister dikaitkan dengan kemungkinan asma yang terkontrol atau terkontrol sebagian yang semakin rendah dan tingkat eksaserbasi berat yang lebih tinggi.5

Kesimpulan dari hasil studi ini adalah hubungan antara resep SABA yang tinggi dan hasil klinis yang buruk di berbagai negara, tempat perawatan kesehatan, dan tingkat keparahan asma. Hasil studi ini mendukung inisiatif untuk memperbaiki morbiditas asma dengan mengurangi ketergantungan berlebihan pada SABA.

Senada dengan hasil penelitian tersebut, sebuah studi observasional di Inggris sebagai bagian dari Program Global SABINA menunjukkan penggunaan tiga atau lebih inhaler SABA dalam setahun mengakibatkan peningkatan risiko eksaserbasi sebesar 20% pada pasien asma ringan dan peningkatan risiko sebesar 24% pada pasien asma sedang hingga berat.

Sejak tahun 2019, Global Initiative for Asthma (GINA) tidak merekomendasikan penggunaan SABA sebagai terapi tunggal pada asma. Penggunaan SABA sebagai terapi tunggal dikaitkan dengan peningkatan risiko eksaserbasi, perburukan fungsi paru, dan peningkatan risiko kematian karena asma.

VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology, dr. Ega Bonar Bastari mengatakan, “Good Doctor yakin bahwa transformasi digital dalam layanan kesehatan asma dapat memperluas akses masyarakat memperoleh perawatan berkualitas terhadap penyakit yang dapat mengenai siapa pun, dari anak-anak hingga orang dewasa. Kerja sama dengan AstraZeneca dalam penyediaan tatalaksana asma yang komprehensif telah membuktikan keyakinan kami. Salah satu bagian dalam tatalaksana asma, yaitu program edukasi, telah berhasil meningkatkan kesadaran mengenai asma hingga keinginan masyarakat melakukan skrining melalui tautan “Skrining Risiko Asma”. Tautan yang memang khusus dibuat dalam rangka kerja sama dengan AstraZeneca.”

Capaian yang menunjukkan lebih dari 7 juta orang telah teredukasi asma, lebih dari 200.000 orang memiliki keterhubungan dengan isu asma, dan lebih dari 30.000 di antaranya terdorong untuk melakukan skrining melalui tautan “Skrining Risiko Asma”, bukanlah sekadar angka.

Namun, angka-angka itu berbicara mengenai kolaborasi AstraZeneca dan Good Doctor dalam tatalaksana asma yang komprehensif ditunjang digitalisasi yang mudah diakses dapat membentuk masyarakat yang lebih sadar, lebih peduli, dan lebih terampil dalam mengelola asma. Kesadaran dan keterampilan yang diperlukan untuk mencegah ketergantungan terhadap obat asma tertentu. Satu isu yang menentukan keberhasilan pengobatan asma. (RO/Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |