
Hasil pemeriksaan sisa makanankejadian keracunan Makanan Bergizi Gratis dari laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) Kota Bogor telah keluar dan diterima oleh Walikota Bogor Dedie A Rachim.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor telah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) lanjutan pada 13 sekolah bersama puskesmas dan berkoordinasi dengan rumah sakit, serta Labkesda untuk pemeriksaan sampel muntahan pasien.
Kemudian pengambilan sampel air minum isi ulang sebanyak 2 liter, sampel usap tray sebanyak 1 buah, sampel usap wadah makanan sebanyak 1 buah, dan sampel usap dubur penjamah makanan sebanyak 2 orang.
Mengandung Bakteri E.Coli
Adapun sampel sisa makanan yang diperiksa berupa nasi, telur mata sapi, tahu, tumis toge serta beberapa bahan lainnya. Hasil pemeriksaan yang diilakukan selama kurang lebih 4 hari terakhir, menunjukkan bahwa beberapa bahan itu ternyata mengandung bakteri e.coli dan salmonella.
"Bakteri e.coli dan salmonella ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa, mengakibatkan lebih dari 200 siswa terdampak," ungkap Wali Kota Bogor Dedie.
Untuk pemeriksaan tambahan lainnya berupa air dan pemeriksaan langsung kepada tubuh dari siswa lebih dalam. Namun untuk hasilnya belum diketahui.
Dari hasil pemeriksaan pada pelajar yang terdampak, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menegaskan ke depan peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi.
"Kita juga meminta mungkin SOP- nya lebih diperketat lagi, dan mungkin juga pengawasan. Jangan dianggap sepele karena menurut kami ini betul-betul sesuatu yang sangat serius, karena banyak siswa terdampak. Pemerintah kota Bogor harus ikut serta terlibat terutama di penanganan medisnya," tegas Dedie Rachim.
Ditanggung Pemkot Bogor
Pasca kejadian, Pemkot Bogor mengeluarkan peringatan Kejadian Luar Biasa (KLB). Status itu ditetapkan untuk memastikan penanganan medis di Rumah sakit seluruh Kota Bogor ini bisa ditangani oleh APBD Kota Bogor.
"Intinya ini jadi tanggung jawab kita bersama. Ke depan harus kita perbaiki dan jangan sampai terjadi lagi, karena ini betul- betul harus menjadi perhatian kita bersama,"tegasnya.
Dedie menyebut saat ini masih ada siswa yang dirawat, namun jumlahnya terus menurun karena kondisi para pelajar semakin membaik.
Langkah tindak lanjut lain dibahas Pemkot Bogor bersama Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung, I Made Bagus Gerametta, menyampaikan tugas dan fungsi BPOM di Bogor serta menyatakan sangat mendukung program pemerintah dalam hal pemberian MBG.
"Namun memang perlu adanya perbaikan dalam hal penyedia jasa, pengolahan makanan, transportasi, literasi, dan koordinasi yang baik untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa,"pungkasnya.
BGN Tingkatkan SOP
Sebelumnya, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan melihat kejadian ini secara umum, BGN perlu meningkatkan standar-standar operasional prosedur, dimulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak yang tidak terlalu lama, serta proses distribusi yang tidak terlalu jauh dari lokasi SPPG.
Namun, SPPG ini, lanjut Dadan, merupakan salah satu percontohan yang dikerjakan oleh chef profesional yang sudah terbiasa melayani makanan untuk anak-anak di sekolah tersebut. "Jadi fasilitas yang ada menurut kami sudah sesuai standar BGN. Bangunannya bagus, higienis, dan bersih," ujarnya.
Ke depan, dalam standar operasional ini, pihaknya juga akan meningkatkan uji organoleptik, yakni metode penilaian kualitas suatu produk, bahan, atau komoditas yang menggunakan pancaindra manusia (mata, hidung, mulut, dan tangan).
Lebih waspada
Tak hanya itu, BGN juga akan melakukan penyegaran setiap tiga bulan sekali di setiap SPPG, serta menggelar pelatihan rutin terkait peningkatan kualitas makanan, pemilihan bahan baku, dan lain sebagainya.
"Kami juga bekerja sama dengan BPOM, Dinkes, dan para profesional yang terlibat dalam tata boga food and beverage. Jadi itu langkah-langkah yang akan kami lakukan kepada para SPPG, dan kami meminta mereka untuk meningkatkan lagi kewaspadaan," ujarnya.
Peristiwa keracunan MBG itu dilaporkan pada Rabu (7/5/2025) sekitar pukul 12.00 WIB. Diduga disebabkan oleh makanan yang disajikan pada tanggal 6 Mei 2025 dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bosowa Bina Insani, Sukadamai, Tanah Sareal.
Laporan awal tercatat 36 orang mengalami keluhan, sebagian besar berupa diare ringan, serta gejala lain seperti mual, muntah, dan demam. Kemudian jumlahnya terus bertambah hingga ratusan, bahkan banyak yang harus mendapat perawatan di rumah sakit.
Sekedar diketahui, dapur yang sama diketahui menyediakan 2.977 porsi makanan yang didistribusikan ke 13 sekolah.(P-1)