Harmoni, Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama Saat Waisak di Dusun Thekelan Semarang

1 week ago 21
Web Berita News Sore Akurat
Harmoni, Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama Saat Waisak di Dusun Thekelan Semarang Ratusan keluarga berbagai lintas agama berkumpul dan mengunjungi warga lain beragam Buddha yang sedang merayakan Hari Raya Tri Suci Waisak.(MI/Akhmad Safuan)

TOLERANSI dan kerukunan antarumat beragama diperlihatkan secara nyata di  Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, ketika ratusan keluarga tidak memandang suku dan agama saling bersalaman dan berpelukan di perayaan Tri Suci Waisak di sepanjang jalan menuju Vihara Buddha Bumika yang ada di dusun tersebut.

Cuaca sedikit mendung meskipun tidak ada hujan membuat Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang terasa dingin, namun hal itu tidak membuat warga bermalas diri dan enggan keluar rumah, tetapi sebaliknya sejak pagi ratusan keluarga telah bersiap diri dengan mengenakan pakaian baru dan terbaik yang dimilikinya.

Ucapan selamat

Ada yang istimewa dalam perayaan Waisak di dusun berada di lereng Gunung Merbabu ini, satu persatu warga dari berbagai agama keluar rumah dan langsung menuju ke Vihara Buddha Bumika yang ada di tengah dusun yang dingin dengan suhu udara berkisar 10-19 derajat celcius, di depan vihara dengan stupa di ketinggian ratusan umat Buddha ternyata sudah menunggu.

Tanpa memperdulikan udara  terasa dingin, senyum dan sesekali terdengar suara tawa, ratusan umat Buddha yang berpakaian putih bersih, setelah mengikuti ritual doa di vihara tersebut, terlihat berdiri rapi sepanjang jalan depan vihara, menunggu warga lainnya dari mulai anak-anak hingga orang tua dengan agama dan keyakinan berbeda yang berdatangan.

Sapa dan salam serta keakraban terlihat ketika mereka saling bersalaman disertai pelukan hangat antar warga berbeda keyakinan dan agama, bahkan kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah warga yang bersandau-gurau diikuti ketulusan hati ketika warga beda agama dan keyakinan itu mengucapkan selamat Hari Raya Tri Suci Waisak kepada umat Buddha yang sedang merayakannya.

"Sudah menjadi tradisi di Dusun Thekelan ini, setiap perayaan hari besar keagamaan apapun selalu berkumpul untuk memberikan selamat kepada umat yang sedang merayakannya," ujar Sugiri,45, salah seorang warga beragama Katholik.

Kerukunan Lintas Agama

Hal serupa diungkapkan Syahroni, 50, warga beragam Islam yang juga terlihat bergembira datang ke vihara untuk memberikan selamat kepada saudara yang beragama Buddha saat perayaan Waisak ini. Semua warga tanpa memandang suku, agama dan kepercayaan larut dengan kegembiraan sembari terus bersalaman mengucapkan selamat kepada umat Buddha di hari Waisak ini.

Sudah ratusan tahun tradisi warga Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ini berlangsung, ungkap Syahroni, saat Idul Fitri atau Idul Adha umat berbagai agama juga datang ke halaman masjid untuk memberikan selamat usai sholat Id, demikian juga saat Natal seluruh warga berbagai lintas agama juga datang ke gereja untuk menyalami dan mengucapkan selamat kepada umat Nasrani.

Maka tidak heran ketika datang ke Dusun Thekelan berada di ketinggian 1.600 mdpl di lereng Gunung Merbabu ini, banyak bangunan ibadah dari semua agama seperti masjid, gereja m, pura dan vihara berdiri saling berdampingan dan warga menjalankan peribadatan sesuai agama dan keyakinan masing-masing rukun tanpa perselisihan.

Kearifan lokal

Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo mengungkapkan bahwa kerukunan terjalin antar umat beragama di dusun ini menjadi kearifan lokal warganya setiap hari besar keagamaan, sebanyak 750  warga mendiami dusun ini mempunyai keyakinan dan agama berbeda-beda, tetapi kerukunan terjalin sangat tinggi seperti saudara yang tidak pernah terpisahkan.

"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat, bahkan penuh rasa terharu saling memaafkan sehingga sampai menangis,” ujar Agus Supriyo.

Tidak hanya warga dari dusun ini, menurut Agus Supriyo, bahkan warga dari luar daerah juga ikut hadir untuk bersama-sama merayakan hari besar keagamaan di dusun ini, seperti pada Waisak banyak warga dari berbagai daerah ikut datang, bahkan ada 350 pendaki Gunung Merbabu juga melintas menyempatkan diri untuk ikut merasakan kegembiraan bersama warga.

Pengelola jalur pendakian Gunung Merbabu Cicok Samuel membenarkan hal ini, pada liburan Waisak ini rata-rata 100 pendaki melintas melalui jalur Thekelan, bahkan saat Hari Raya Waisak kemarin ada 350 pendaki melintas dan menyempatkan diri untuk ikut dalam kegembiraan warga yang berkumpul untuk memberikan selamat kepada umat Buddha yang sedang merayakannya. (H-2)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |