Forum Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025.(MI/HO)
PELUANG kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di bidang survei dan pemetaan sangat besar, mulai dari otomatisasi hingga analisis data spasial yang lebih cepat dan akurat. Namun, ada tantangan serius terkait kesenjangan SDM.
"Kesenjangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam menguasai AI, keterbatasan infrastruktur, serta persoalan etika dan perlindungan privasi harus menjadi perhatian. Semua ini bisa diatasi dengan sinergi kuat antara praktisi, profesional, dan pendidikan tinggi," ujar Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, dalam keterangan resmi, Jumat (3/10), yang disampaikan pada Forum Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025.
Ketua Umum ISI 2024-2027, Muchammad Masykur, berharap surveyor Indonesia terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi global, memperkuat kolaborasi lintas disiplin, dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam penerapan GeoAI untuk pembangunan berkelanjutan. "Inilah saatnya surveyor Indonesia berdiri di garis depan, menghadirkan solusi nyata bagi bangsa dan memberi kontribusi berkelas dunia," ujarnya.
Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang (SPP) Kementerian ATR/BPN, Virgo Eresta Jaya, menegaskan bahwa pemanfaatan AI menjadi kunci dalam mendorong hilirisasi informasi geospasial di Indonesia. Menurutnya, integrasi AI tidak hanya mempercepat proses pengolahan data, tetapi juga meningkatkan nilai tambah dari informasi geospasial agar dapat dimanfaatkan lintas sektor.
Hilirisasi informasi geospasial tematik menjadi salah satu fokus utama. Beberapa produk tematik yang relevan mencakup peta kadaster, nilai tanah, dan penggunaan lahan untuk mendukung perencanaan pembangunan serta kebijakan pertanahan. Selain itu, peta lalu lintas, peta risiko bencana, hingga peta perilaku manusia dapat dikembangkan melalui pemanfaatan big data dan AI. Virgo menyatakan bahwa keberadaan peta tematik yang terintegrasi akan memperkuat basis data geospasial nasional yang lebih adaptif dan dinamis.
Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial (BIG), Sumaryono, menekankan pentingnya sinergi antara kemampuan manusia dan teknologi dalam pemanfaatan remote sensing. "Untuk deteksi objek melalui remote sensing, sampai sekarang kemampuan manusia tidak ada yang bisa mengalahkan. Ketika manusia mulai lama, di situlah AI masuk. Namun, soal akurasi, manusia tetap tidak bisa dikalahkan. Itu sebabnya Kementerian Kehutanan tidak mau menggantikan tenaga manusia sepenuhnya," jelas Sumaryono. (I-2)


















































