
TOTAL kerugian akibat banjir dan longsor di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditaksir mencapai Rp90, 69 Miliar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nagekeo, Gusti Pone, Senin (15/9) mencatat kerugian akibat kerusakan infrastruktur vital mencapai Rp82,45 miliar, yang meliputi tiga unit jembatan putus, lebih dari 28 kilometer jalan rusak berat, 18 jaringan irigasi hancur, serta kerusakan sistem air bersih dan perpipaan.
Di sektor permukiman, tercatat 33 unit rumah warga, 23 pondok, 6 dapur, dan 1 kios ambruk dengan nilai kerugian sekitar Rp4,18 miliar.
Sementara itu, kerusakan di sektor pertanian dan perkebunan meliputi lebih dari 94 hektare sawah serta ratusan pohon cengkeh, pala, kelapa, kakao, dan kopi yang hanyut. Nilai kerugiannya ditaksir sekitar Rp3,49 miliar.
Sektor perikanan dan kelautan juga terdampak, dengan delapan kolam ikan air tawar hancur serta enam kapal motor rusak berat. Total kerugian sektor ini mencapai Rp568,66 juta.
"Selain kerugian materi, masih ada tiga korban yang belum ditemukan, dan korban yang sudah ditemukan enam orang," ujarnya.
Tiga orang yang belum ditemukan yakni Mariano Tom Busa Jago, 29, Sebastiano So’o, 42, dan seorang balita bernama Desiderius Geraldi Jo, berusia 14 bulan.
Sedangkan korban yang sudah ditemukan yakni
Egidius Sopi Bela, 35, Maria Kandriani F. Nua, 6, Archiles Augustinus Busa Jago, 13 bulan, Ermelinda Co’o, 36, Francelina Meli Boa, 60, dan Agustinus Lena, 65.
Selain itu, jumlah lebih dari 34 ribu jiwa terdampak banjir bandang ini, dan 73 warga di Kecamatan Mauponggo terpaksa mengungsi.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Nagekeo bersama BNPB, TNI, Polri, serta relawan terus melakukan pencarian korban hilang, mendirikan posko, serta mempercepat pemulihan darurat, termasuk pembangunan jembatan sementara, distribusi bantuan, dan penyaluran air bersih ke desa-desa terdampak. (H-3)