Kereta Cepat harus Dilanjut sampai Surabaya demi Capai Skala Ekonomi

2 hours ago 1
Kereta Cepat harus Dilanjut sampai Surabaya demi Capai Skala Ekonomi Ilustrasi(Antara)

Pemerhati transportasi perkeretaapian Edi Nursalam berpandangan bahwa proyek kereta cepat harus dilanjutkan sampai ke Surabaya. Hal itu harus dilakukan agar proyek tersebut bisa mencapai skala ekonomi yang optimal.

"Jika hanya berhenti di Bandung, dengan jarak sekitar 160 km, KCIC belum akan mencapai titik efisiensi ekonominya. Sejak awal, Jakarta-Bandung dirancang sebagai tahap awal dari proyek besar yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, bahkan bisa diperpanjang hingga Denpasar, Bali," ujarnya dalam keterangan yang diterima, Rabu (5/11).

Edi juga mengatakan kelanjutan proyek tersebut tak perlu dikhawatirkan dapat mematikan transportasi lain. Menurutnya, kekhawatiran bahwa kereta cepat Jakarta-Surabaya akan mematikan maskapai Garuda Indonesia, bandara, atau jalan tol adalah pandangan yang berlebihan.

Ia menjelaskan, pangsa pasar kereta cepat hanya akan menggantikan sebagian kecil penumpang rute Jakarta–Surabaya. Padahal, Garuda Indonesia dan bandara Soekarno-Hatta serta Juanda melayani ratusan rute domestik dan internasional. Begitu juga jalan tol yang lebih ditujukan untuk angkutan logistik tidak akan kehilangan fungsi strategisnya.

"Sebaliknya, keberadaan kereta cepat justru memperkuat jaringan transportasi nasional dengan menyediakan moda alternatif yang efisien, aman, dan berkelanjutan," bebernya.

Ia menegaskan bahwa pembangunan kereta cepat bukanlah ide mendadak atau ujug-ujug. Dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas), katanya, proyek kereta cepat telah tercantum sejak lama dan didukung oleh berbagai studi teknis yang melibatkan para pakar transportasi.

"Artinya, pembangunan KCIC merupakan implementasi nyata dari rencana jangka panjang pemerintah untuk memperkuat konektivitas antarwilayah," ungkap Edi.

Ia juga menjelaskan mengapa Bandung jadi tahap awal pembangunan. Menurutnya, pemilihan rute Jakarta-Bandung bukan keputusan sembarangan.

Jakarta dan kawasan aglomerasi Jabodetabek memiliki penduduk sekitar 30 juta jiwa, sementara aglomerasi Bandung Raya berpenduduk sekitar 10 juta jiwa. Kedua wilayah itu membentuk dua kutub aktivitas ekonomi yang menghasilkan arus mobilitas tinggi dan potensi penumpang besar.

"Tahap awal ini sekaligus menjadi laboratorium nasional untuk pembelajaran teknologi dan model pembiayaan kereta cepat di Indonesia. Dengan keberhasilan operasional KCIC, Indonesia kini memiliki pengalaman berharga yang akan sangat berguna untuk proyek-proyek kereta cepat berikutnya," pungkasnya. (E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |