Kenaikan Harga Emas Perhiasan Sumbang Inflasi di DIY

1 month ago 23
Kenaikan Harga Emas Perhiasan Sumbang Inflasi di DIY Ilustrasi(Freepik.com)

BERDASARKAN rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) DIY pada September 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,15% (mtm), naik dibandingkan realisasi Agustus 2025 yang mengalami deflasi sebesar 0,24% (mtm). 

Secara tahunan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo mengatakan, DIY mengalami inflasi yang terkendali sebesar 2,56% (yoy) pada September 2025, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan bulan Agustus 2025 sebesar 2,30% (yoy). Dengan demikian, inflasi DIY secara tahun kalender tercatat sebesar 1,74% (ytd). 

Berdasarkan IHK, Kota Yogyakarta pada September 2025 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,27% (mtm) atau secara tahunan mencapai 2,72% (yoy), sedangkan Kabupaten Gunungkidul tercatat mengalami inflasi sebesar 0,05% (mtm) sehingga inflasi tahunan mencapai 2,43% (yoy).

Kenaikan harga terutama terjadi pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,07% (mtm). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,07% (mtm). 

"Kenaikan harga emas dipengaruhi harga emas global seiring ketidakpastian global yang tercermin dari meningkatnya Global Risk Index dan Geopolitical Risk Index. Kondisi tersebut berdampak pada tingginya permintaan konsumen untuk komoditas emas sebagai aset safe-haven," terang dia.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau turut tercatat mengalami inflasi sebesar 0,21% (mtm) pada periode laporan dengan andil inflasi sebesar 0,06% (mtm). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga komoditas daging ayam ras, cabai merah, buncis, dan telur ayam ras dengan masing-masing andil inflasi sebesar 0,10% (mtm), 0,05% (mtm), 0,03% (mtm), dan 0,01% (mtm). 

Kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari peternak serta naiknya harga pakan ternak di tengah pemenuhan permintaan masyarakat. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh turunnya harga pada kelompok sama pada komoditas bawang merah, tomat, dan bawang putih dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,08% (mtm), 0,05% (mtm), dan 0,01% (mtm). 

Penurunan harga bawang merah sebagai komoditas andil deflasi terbesar disebabkan oleh pasokan bawang merah yang melimpah dari Kab. Bantul di tengah masuknya pasokan dari Kota Bima dan Kabupaten Demak di tengah permintaan yang melemah.

Dalam upaya pengendalian inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY mengapresiasi kontribusi aktif berbagai pihak yang telah membangun sinergi dan kolaborasi. Bank Indonesia memprakirakan inflasi DIY tahun 2025 tetap terjaga pada kisaran target 2,5%+1% (yoy). 

Capaian ini ditopang oleh upaya TPID DIY dalam kerangka 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY 2025, diantaranya pelaksanaan operasi pasar/pasar murah yang diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai price reference store untuk menjaga daya beli, kampanye belanja bijak, dan penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik antarprovinsi maupun intra provinsi dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan strategis serta maraknya berbagai gerakan sosial masyarakat yang bertujuan untuk stabilitas harga dan pasokan termasuk efisiensi distribusi komoditas. 

Dalam hal implementasi strategi komunikasi efektif, TPID DIY telah melaksanakan  kegiatan Masyarakat lan Pedagang Tanggap Inflasi (MRANTASI) Goes to School dalam rangka memberikan edukasi inflasi kepada 900 orang guru dan siswa SMA, SMK, dan MA yang telah terlaksana pada 20 Agustus 2025, serta 16-19 September 2025 di 5 (lima) kabupaten/kota di DIY. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |