Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2025 di Angka 5,2%

2 hours ago 3
Kemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2025 di Angka 5,2% Ilustrasi.(Dok.MI)

KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) optimistis tahun 2025 bisa ditutup dengan pertumbuhan ekonomi 5,2%. Adapun untuk pertumbuhan kuartal IV 2025 diproyeksikan sebesar 5,5%.

“Kita optimistis untuk 2025 kita tutup dengan 5,5% di kuartal keempat sehingga overall 2025 5,2%. Dan 2026 kita punya target APBN minimal 5,4% dengan upside kita bisa dorong sampai ke 6%,” kata Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam acara Investor Trust Economic Outlook 2026 di Jakarta Selatan, Rabu (5/11).

Pertumbuhan ekonomi pada 2026 juga akan didorong oleh delapan program prioritas pemerintah, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, makan bergizi gratis (MBG), Pendidikan bermutu, Kesehatan berkualitas, penguatan ekonomi rakyat melalui koperasi desa merah putih, pertahanan semesta, dan percepatan investasi dan perdagangan global.

Untuk 2026, katanya, belanja pemerintah akan semakin efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonominya. Menurutnya, mesin fiskalnya harus tetap kuat. “Mesin sektor keuangannya juga akan terus kita kolaborasikan dengan otoritas terkait untuk bisa terus menyala, lalu iklim usahanya harus kita perbaiki,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani menyebut ada tiga hal untuk mendorong pemulihan ekonomi yang lebih besar pada 2026. Pertama menghadirkan kepastian berusaha. Shinta mencontohkan pendaftaran perusahaan asing di Indonesia membutuhkan waktu sampai 65 hari. Padahal di negara yang sudah baik kepastian berusahanya bisa hanya satu hari.

“World Bank menunjukkan bahwa be ready survey kita ini kita masih ada beberapa hal yang masih ketinggalan. Contohnya juga mendapatkan amdal itu 38% perusahaan harus menunggu lebih dari satu tahun,” ujarnya.

Kedua adalah menurunkan cost of doing business. “Saya rasa ini juga penting karena kita dibandingkan negara tetangga, logistik cost kita, energy cost kita, suku bunga pinjaman kita ini tidak kompetitif. Jadi kita masih jauh lebih tinggi,” papar Shinta.

Ketiga adalah meningkatkan daya beli masyarakat. Ia menyebut Indonesia masih punya PR terkait penurunan kelas menengah.

Apindo merekomendasikan pada 2026 Indonesia bisa terus mendorong pemulihan industri padat karya. Pasalnya sektor tersebut masih menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB.

Kemudian yang harus menjadi perhatian adalah sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. “Sejak kuartal II 2019 (sektor-sektor) itu memang tidak pernah menebus 5% pertumbuhannya. Tapi di kuartal pertama 2025 itu terjadi lonjakan pertumbuhan hingga 10,52%,” ujarnya.

Berarti ini ada harapan nih untuk kenaikan dari segi pertumbuhan sektor ini. Harapan kami ini perlu ada konsolidasi dari segi produktivitas berbasis smart agriculture, akses pembiayaan hijau untuk petani, menjadikan jangkar stabilitas daripada ekonomi pedesaan dan penyangga inflasi pangan,” pungkasnya. (H-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |