Keluarga Sandera(Instagram)
HANYA beberapa jam setelah 20 sandera terakhir yang masih hidup dibebaskan Hamas dan dibawa pulang ke Israel pada Senin, suasana haru di Knesset berubah menjadi kontroversi.
Ketua parlemen Amir Ohana melepas pin pita kuning sesaat setelah berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump yang hadir di parlemen untuk merayakan keberhasilan kesepakatan gencatan senjata. Pin pita kuning simbol solidaritas nasional bagi para sandera.
“Ohana mengatakan ia merasa terhormat bisa melepas pin itu,” lapor media lokal. Ironisnya, pin tersebut merupakan pemberian dari ayah salah satu sandera yang baru dibebaskan.
Namun, bagi sebagian keluarga yang masih menunggu kabar orang terkasih, momen itu terasa menyakitkan.
“Itu tidak menghormati kami, tidak ada empati sama sekali,” kata Ruby Chen, ayah dari sandera berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Itay Chen, yang kemudian dipastikan tewas. “Pesan yang disampaikan seolah-olah semuanya sudah selesai. Tapi tidak, masih ada sandera di Gaza.”
Di bawah perjanjian gencatan senjata, Hamas seharusnya menyerahkan seluruh sandera hingga Senin pukul 12.00 waktu setempat. Namun hingga Selasa malam, baru delapan dari 28 jenazah sandera yang dikembalikan.
Kemarahan Publik
Keterlambatan ini menimbulkan kemarahan publik. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut kondisi itu sebagai “kegagalan dalam memenuhi komitmen,” meski ia tidak mengeluarkan ancaman militer baru.
Sementara itu, pemerintah Israel mempertimbangkan menutup kembali perlintasan Rafah, jalur utama bantuan kemanusiaan dari Mesir. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut Israel hanya mengizinkan 300 truk bantuan masuk ke Gaza pada Rabu, setengah dari jumlah yang disepakati, tanpa bahan bakar tambahan.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan pihaknya akan terus berupaya memulangkan seluruh sandera, termasuk yang tewas. “Kami bertekad membawa semuanya pulang,” ujarnya.
Namun bagi banyak keluarga, kata-kata Netanyahu dianggap hampa. Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang menilai sejumlah pejabat “mengkhianati nilai moral Yahudi” dengan melepas simbol solidaritas di tengah sorak sorai politik.
“Kenapa jasad orang mati dianggap kurang berharga?” tanya Yael Adar, ibu dari sandera yang gugur, Tamir Adar.
Sementara euforia politik terus bergema, sebagian besar keluarga sandera tetap menunggu dalam ketidakpastian.
“Itu membawa saya kembali ke 7 Oktober,” ujar Hagit Chen, ibu Itay. Dalam video yang diunggahnya, ia menyerukan, “Teruslah memakai pin sandera itu. Sangat penting bagi kami tahu bahwa kalian masih bersama kami.” (CNN/Z-2)


















































