Keluarga Diminta Lebih Peka untuk Mencegah Lansia Alami Depresi

2 hours ago 1
Keluarga Diminta Lebih Peka untuk Mencegah Lansia Alami Depresi Ilustrasi(Freepik)

DEPRESI pada lansia merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih berkepanjangan, kehilangan minat, energi, serta perubahan pola tidur dan nafsu makan. Kondisi ini kerap dipicu oleh perubahan besar dalam hidup seperti pensiun, kehilangan pasangan, maupun penyakit kronis.

Menurut psikiater sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University dr Riati Sri Hartini, SpKJ, MSc, keluarga memiliki peran sangat penting dalam mencegah dan mendampingi lansia yang mengalami depresi.

"Support sosial dari keluarga sangat berpengaruh. Kalau dukungan emosional dan praktis tetap ada, risiko depresi bisa ditekan meski fisik atau kondisi finansial lansia menurun," jelasnya..

Lansia, sebagaimana klasifikasi World Health Organization (2023), adalah individu berusia 60 tahun ke atas. Lansia terbagi dalam beberapa kelompok: usia 60–74 tahun disebut lanjut usia, usia 75–90 tahun elderly, dan di atas 90 tahun masuk kategori very old.

Riati menambahkan, faktor penyebab depresi pada lansia sangat beragam, mulai dari penurunan kondisi fisik, kehilangan pasangan atau sahabat, hingga perubahan finansial pascapensiun. 

"Selain faktor biologis, aspek sosial menjadi dominan. Lansia bisa merasa kehilangan dukungan satu per satu, yang membuat mereka rentan depresi," ujarnya.

Gejala depresi pada lansia meliputi suasana hati yang negatif, kehilangan semangat, kelelahan, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, hingga menurunnya konsentrasi. 

Dalam kondisi tertentu, lansia bahkan bisa memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. 

"Gejala depresi pada lansia lebih samar karena sering dianggap bagian dari penyakit fisik atau proses penuaan. Itu sebabnya keluarga harus lebih peka," tutur Riati.

Depresi, lanjutnya, juga berdampak langsung pada kualitas hidup lansia. Mereka bisa menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan gairah dalam beraktivitas, serta berisiko lebih tinggi mengalami penyakit fisik maupun kematian.

Untuk penanganan, terdapat dua pendekatan, yaitu farmakologis melalui pemberian obat antidepresan, dan nonfarmakologis dengan melibatkan keluarga. 

Pendekatan nonfarmakologis mencakup perbaikan gaya hidup, kegiatan komunitas, hingga dukungan emosional dan praktis dari keluarga.

"Pencegahan bisa dilakukan dengan memperbanyak variasi aktivitas positif, olahraga, menjaga hobi, serta tetap aktif berkomunitas. Selain itu, lansia sebaiknya terbuka menceritakan ketidaknyamanannya agar orang di sekitarnya paham kebutuhan mereka. Dan bila depresi sudah muncul, jangan ragu mencari pertolongan tenaga profesional," pungkasnya. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |