Kelelawar Gunakan Kekuatan Tersembunyi untuk Berburu Lebih Cepat

1 day ago 6
Kelelawar Gunakan Kekuatan Tersembunyi untuk Berburu Lebih Cepat Ilustrasi(Freepik)

Kelelawar ternyata tidak hanya mengandalkan pendengaran untuk memburu mangsa. Penelitian terbaru pada kelelawar common noctule (Nyctalus noctula) menunjukkan bahwa cahaya memengaruhi cara mereka mengejar serangga, termasuk kecepatan terbangnya. Meski tetap menggunakan kemampuan ekolokasi, kelelawar juga memanfaatkan penglihatan fungsional mereka. 

Tim dari Aarhus University dan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research menegaskan hal ini. Kelelawar mampu menggabungkan informasi dari pendengaran dan penglihatan. Pola ini sejalan dengan penelitian laboratorium tentang integrasi multisensorik. Penelitian selama puluhan tahun menunjukkan kelelawar dapat menyesuaikan waktu, intensitas, dan frekuensi panggilan suara saat mendekati mangsa. 

Fleksibilitas ini membantu mereka mengikuti pergerakan cepat serangga dan menavigasi lingkungan yang penuh gangguan. Ketika ada cahaya, meski hanya sedikit, penglihatan memberikan informasi tambahan yang membantu kelelawar membuat keputusan lebih tepat.

Untuk meneliti lebih jauh, para ilmuwan memasang alat perekam mini pada 21 kelelawar liar. Perangkat ini mencatat cahaya, suara ultrasonik, serta gerakan sayap. Sehingga, perilaku kelelawar bisa dipantau baik saat terbang mencari makan maupun sekadar berpindah tempat. 

Hasilnya, ketika lingkungan lebih terang, kelelawar memanggil lebih jarang namun dengan suara lebih keras. Hingga tujuh desibel lebih tinggi dibandingkan kondisi gelap. Meski begitu, mereka tetap berhasil menangkap mangsa.

Yang mengejutkan, kecepatan mendekati mangsa meningkat drastis dari rata-rata 18,7 km/jam dalam kondisi gelap. Dan menjadi sekitar 28,5 km/jam saat ada cahaya. Artinya, penglihatan membantu kelelawar menutup jarak lebih cepat meski dengan jumlah panggilan suara yang lebih sedikit.

“Ketika cahaya cukup tersedia, kelelawar mengurangi pelacakan akustik terhadap mangsanya karena penglihatan berfungsi sebagai informasi sensorik tambahan,” jelas Laura Stidsholt, asisten profesor biologi di Aarhus University. 

“Kami menemukan hal ini terjadi karena kelelawar mengepakkan sayap lebih kuat dan mendekati serangga jauh lebih cepat dibandingkan di lingkungan gelap.”

Menariknya, perilaku berpindah tempat tetap stabil baik dalam gelap maupun terang. Ini menandakan kelelawar tetap menggunakan ekolokasi jarak dekat untuk orientasi, bahkan saat mereka bisa melihat. 

Perbedaan utama justru terlihat saat berburu, karena serangga bisa tiba-tiba menghindar. Dalam situasi itu, tambahan informasi dari penglihatan membuat kelelawar lebih cepat mengambil keputusan tanpa kehilangan akurasi.

Namun, faktor cahaya buatan manusia seperti lampu jalan atau cahaya langit juga bisa memengaruhi perilaku ini. Tidak semua kelelawar nyaman dengan cahaya terang, bahkan banyak yang justru menghindarinya. Kondisi habitat, intensitas cahaya, dan aktivitas serangga tetap menjadi faktor penting yang menentukan cara kelelawar berburu.

Perkembangan teknologi sensor yang bisa merekam suara, cahaya, dan gerakan dengan resolusi tinggi kini membantu ilmuwan melihat dunia dari perspektif kelelawar. Data rinci ini memperkuat teori lama tentang strategi foraging. Ini sekaligus membuktikan bahwa penglihatan dan ekolokasi saling melengkapi. Jika ekolokasi memberikan “sampel” cepat terhadap lingkungan, maka penglihatan menghadirkan masukan kontinu selama cahaya tersedia.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini menegaskan fleksibilitas kelelawar dalam menghadapi lingkungan yang terus berubah. Termasuk yang dipengaruhi aktivitas manusia. 

Temuan ini juga memberi wawasan bagi perencanaan tata cahaya di kawasan perkotaan. Dengan desain lampu yang lebih ramah, seperti penggunaan warna lebih hangat, arah pencahayaan terfokus, dan jalur gelap yang terjaga, keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian satwa bisa dicapai. (earth.com/E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |