
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat berencana mengeluarkan edaran larangan bagi pelajar membawa handpone ke sekolah dan mengatur penggunaannya di rumah. Penggunaan gadget dan media sosial tersebut, lantaran menjadi pemicu kekerasan bagi anak.
Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, mengakui kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di wilayahnya masih tinggi hingga menilai salah satu pemicunya yakni penggunaan gadget termasuk media sosial tidak terkontrol. Namun, langkah tersebut akan dilakukan dengan mencegah hingga membatasi gadget terutama mengawasi pergaulan anak dan memperkuat hubungan keluarga.
"Kami akan keluarkan surat edaran supaya anak-anak tidak membawa handphone ke sekolah dan di rumah pun penggunaannya harus dikontrol orang tua. Jangan sampai anak diasuh oleh konten tidak sesuai usia, lantaran kekerasan anak di wilayahnya saat ini meningkat tercatat 103 kasus," katanya, Jumat (12/9/2025).
Sementara itu, Kapolres Tasikmalaya, AKB Harus Dinzah mengatakan, pentingnya kerja sama semua pihak untuk mencegah kekerasan anak dan perlunya keberanian masyarakat bersuara untuk melaporkan kasus tersebut. Karena, langkah tersebut meminimalisir supaya tidak adanya kekerasan terhadap anak dan kampanye Rise and Speak guna menekan kekerasan anak.
“Kita harus ciptakan lingkungan ramah anak dan mengajak masyarakat supaya bersuara melawan kekerasan pada anak, dan melaporkan melalui berbagai saluran yang ada. Namun, bagi orang tua memiliki peran utama harus selalu mengawasi anak membatasi gadget, mengawasi pergaulan anak dan memperkuat hubungan keluarga," katanya.
Ketua Forum Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Provinsi Jawa Barat, Ato Rinanto mengungkapkan, angka kekerasan terhadap anak di Kabupaten Tasikmalaya, mengalami peningkatan dan di tahun 2024 tercatat 137 kasus hingga akhir Agustus 2025 sebanyak 103 kasus. Kekerasan anak yang terjadi setiap tahun terus meningkat dan untuk mencegah supaya masyarakat berani melapor.
"Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Polres Tasikmalaya bersama KPAI menggelar kampanye Rise and Speak berani bicara, berani lapor dan memang kasus kekerasan tersebut seperti gunung es. Namun, langkah yang dilakukan guna menekan supaya kasus kekerasan terhadap anak tidak terulang dan muncul kembali," pungkasnya. (H-1)