Inti sedimen, seperti inti lainnya, merupakan kunci dalam mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan awal di Bumi.(Paul E. Olsen)
TUMBUKAN asteroid biasanya menghancurkan seluruh kehidupan di sekitarnya. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan kondisi pasca-tumbukan justru dapat menjadi tempat lahirnya kehidupan baru.
Tim ilmuwan yang meneliti struktur tumbukan di Finlandia menemukan mineral dengan komposisi kimia yang mengindikasikan adanya aktivitas mikroba sekitar 4 juta tahun setelah asteroid menghantam Bumi. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada Oktober 2025 dan memberi gambaran bagaimana kehidupan mikroskopis dapat muncul kembali dengan cepat setelah bencana besar.
Danau dari Tumbukan Asteroid
Finlandia dikenal memiliki banyak danau indah yang menjadi tujuan wisata alam. Salah satunya adalah Danau Lappajärvi, yang terbentuk sekitar 78 juta tahun lalu akibat tumbukan asteroid berdiameter sekitar 23 kilometer.
Pada 2024, UNESCO menetapkan kawasan di wilayah South Ostrobothnia ini sebagai geopark untuk melestarikan sejarah geologi dan keanekaragaman alam di sekitarnya.
Jacob Gustafsson, ahli geosains dari Linnaeus University, Swedia, bersama timnya meneliti bebatuan yang diambil dari kedalaman Danau Lappajärvi. Tujuannya memahami seberapa cepat kehidupan mikroba dapat kembali setelah peristiwa tumbukan besar yang memanaskan batuan di sekitarnya hingga mencapai 2.000°C.
Henrik Drake, ahli geokimia yang juga anggota tim riset, mengatakan penelitian ini memiliki kemiripan dengan studi tentang asal-usul kehidupan di Bumi.
“Lokasi tumbukan menyediakan banyak variasi suhu dan kimia, serta celah batuan yang dapat menjadi tempat ideal bagi mikroorganisme. Lingkungan seperti ini juga bisa menjadi tempat munculnya kehidupan di planet lain,” ujar Drake.
Mineral yang Dipahat Mikroba
Pada 2022, Gustafsson dan timnya mengunjungi Arsip Inti Bor Nasional milik Survei Geologi Finlandia di Loppi. Di sana, mereka meneliti contoh batuan inti yang diambil dari bawah Danau Lappajärvi pada 1980-1990-an.
Dari puluhan sampel, mereka memilih 33 bagian batuan yang memiliki rekahan dan rongga berisi kristal kalsit dan pirit. Kristal tersebut terbentuk akibat aliran cairan kaya mineral setelah tumbukan.
Menggunakan pinset, para peneliti mengambil kristal satu per satu, kemudian menentukan usianya dengan metode penanggalan uranium, timbal serta menganalisis rasio isotop karbon, oksigen, dan belerang menggunakan secondary ion mass spectrometry. Rasio isotop ini menjadi petunjuk adanya aktivitas mikroba purba, karena mikroorganisme biasanya lebih menyerap jenis isotop tertentu.
“Kami melihat hasil dari proses mikroba yang terjadi jutaan tahun lalu,” kata Drake.
“Luar biasa, begitu banyak informasi yang bisa kita peroleh dari kristal berukuran sangat kecil,” imbuh Gustafsson.
Dari hasil analisis isotop tersebut, tim juga memperkirakan suhu air tanah kuno dan memetakan bagaimana lokasi tumbukan itu perlahan mendingin seiring waktu. (Space/Z-2)


















































