Kebiasaan Sepele yang Diam-Diam Merusak Jantung

6 hours ago 1
Kebiasaan Sepele yang Diam-Diam Merusak Jantung Ilustrasi(Antara)

Dmitry Yaranov, seorang ahli jantung transplantasi asal Memphis, Amerika Serikat, menjelaskan dalam sebuah video di Instagram bahwa banyak kebiasaan yang tampak sepele ternyata membawa dampak besar bagi jantung dalam jangka panjang.

“Dalam praktik, saya sering melihat efek jangka panjang dari kebiasaan yang kelihatannya tidak berbahaya. Namun seiring waktu, semua itu menggerogoti jantung, energi, dan daya tahan,” ujarnya.

Salah satu kebiasaan paling umum adalah kurang tidur. Tidur adalah kebutuhan mendasar bagi tubuh dan pikiran. “Kurang istirahat berarti tekanan darah lebih tinggi, kenaikan berat badan, dan kelelahan yang tak bisa hilang,” kata Yaranov.

Sebuah penelitian dari American Heart Association menunjukkan bahwa remaja yang tidak mendapatkan waktu tidur cukup berisiko lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi, yang dapat memicu serangan jantung, stroke, hingga kematian dini. Kebiasaan duduk terlalu lama juga menjadi musuh besar bagi jantung.

“Entah di meja kerja, di sofa, atau di mobil, terlalu lama diam bisa merusak punggung, sistem pencernaan, dan jantung,” tegas Yaranov.

Sebuah studi tahun 2024 menemukan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk atau berbaring di siang hari, semakin tinggi risiko penyakit jantung dan kematian, bahkan pada orang yang rutin berolahraga. Faktor lain yang sering diabaikan adalah stres kronis. Banyak orang menutupi rasa stres dengan berpura-pura baik-baik saja, padahal tubuh selalu berkata jujur.

“Stres yang terus-menerus bisa muncul sebagai rasa sesak di dada, gangguan pencernaan, sulit tidur, atau serangan panik tanpa sebab jelas,” kata Yaranov.

Penelitian pada 2022 menunjukkan bahwa stres berat yang berlangsung lama meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain itu, gaya hidup serba cepat dan bergantung pada kafein atau makanan cepat saji juga membebani kesehatan jantung.

“Melewatkan sarapan, makan siang di drive-thru, dan makan malam penuh gula, itu membuat kadar gula darah naik turun seperti roller coaster, dan tubuh harus menanggung akibatnya,” imbuh Yaranov.

Tak kalah penting, kebiasaan selalu memprioritaskan orang lain juga bisa menjadi beban tersembunyi bagi jantung. Menurutnya, terlalu sering mengatakan 'iya' ketika seharusnya berkata ‘tidak’ merupakan tanda bahaya yang kerap diabaikan. 

Pesan akhirnya sederhana namun tegas, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. “Percayalah, pencegahan penyakit kardiovaskular jauh lebih menarik daripada pengobatan. Tak ada yang menyenangkan dari obat-obatan, prosedur medis, atau kelelahan di usia 30-an. Jaga diri sekarang, selagi kamu masih punya pilihan,” tandasnya. (E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |