Keajaiban Kincir Sederhana yang Mengubah Desa Terisolir Menjadi Terang Benderang

4 hours ago 1
Keajaiban Kincir Sederhana yang Mengubah Desa Terisolir Menjadi Terang Benderang Setelah terwujud, kini Dusun Pijiombo mulai terang pada malam hari. Terdapat 28 Kepala Keluarga (KK) yang kini bisa menikmati listrik selama 24 secara gratis.(MI/Faishol Taselan)

MATAHARI secara perlahan tenggelam di ujung barat Dusun Pijiombo, Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Terlihat seorang pria duduk termenung di pos jaga ujung Gang dusun.

Tidak ada aktivitas yang dilakukan, hanya sesekali minum secangkir kopi. Jelang gelap pun, pria bernama Dwi Anggono itu tidak beranjak dari tempat duduknya. Dia melihat deretan rumah warga desa yang gelap gulita.

Hanya ada lampu tempel dari minyak tanah yang menerangi sebagian besar rumah warga Desa. Semakin malam, semakin gelap gulita. Warga pun menghabiskan waktu di pos kamling.

Desa terasa sunyi tidak ada penerangan, tidak ada hiburan, yang ada hanya suara jangkrik. Warga desa Ngadirenggo praktis tidak ada aktivitas apa pun di malam hari.

Jarak dari Blitar harus ditempuh selama 1,5 jam. Jalan juga berliku dan melewati bukit serta hutan. Kondisi ini menyebabkan Desa  Ngadirenggo tidak mendapat aliran listrik sama sekali. 

Suara derasnya sungai yang membelah desa sangat deras arusnya, apalagi jika hujan turun, suaranya menjadi hiburan bagi warga Desa. 

Dwi yang bercengkrama dengan warga di pos kamling memiliki ide menarik bagaimana memanfaatkan deras air sungai itu menjadi teknologi agar desa bisa terang benderang. 

Ide mendadak itu mendapat respons positif dari warga lainnya. "Ayo kita buat kincir air, siapa tahu bisa menghasilkan energi," kata Dwi menceritakan awalnya membuat kincir di desa tersebut.

Proses belajar dimulai, konsultasi dengan Pemerintah Desa dilakukan. Keseriusan belajar diwujudkan dengan kincir di sungai untuk menghasilkan energi listrik.

Selama berbulan-bulan belajar, merancang, serta mengumpulkan dana, Dwi dan warga desa lainnya mampu menciptakan kincir yang bisa menghasilkan energi listrik.

Tahun 2022 menjadi awal yang menggembirakan warga desa. Sembilan kincir dibuat di Sungai dengan teknologi sangat sederhana, mampu menghasilkan energi listrik tenaga kincir. 

Kincir digerakkan dengan aliran sungai yang memiliki debit 50 kubik per detik. Tahap awal bisa mengaliri listrik rumah warga 5 watt hanya untuk satu lampu.

"Saat memakai kincir, satu rumah hanya satu lampu, dan itu pun hanya malam hari. Sedangkan siang hari tidak difungsikan untuk efisiensi teknologinya. Warga sudah sangat bersyukur, pertama kali desanya ada listrik," kata Dwi.

Semangat untuk menerangi desa terus membara. Bersama warga lainnya, Dwi berusaha untuk mengembangkan kincir air itu bisa menjadi energi listrik abadi yang bisa menerangi desa selama 24 jam. 

Melihat potensi derasnya air sungai di desa ini, Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur hadir di tengah masyarakat untuk menghadirkan teknologi baru terbarukan agar desa teraliri listrik selama 24 jam. 

Dibangunlah Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro di Dusun Pijiombo ini. Pembangkit listrik di Dusun Pijiombo ini merupakan inisiatif mandiri warga yang kemudian mendapat dukungan dari Dinas ESDM Jatim.

Teknologi ini menggunakan gerak rotasi kincir udara kemudian disalurkan melalui poros dengan sistem transmisi sederhana seperti puli dan sabuk untuk memutar generator. Generator ini mengubah energi putaran mekanik menjadi energi listrik. 

Pada tahap awal (sekitar tahun 2022), teknologi yang sangat sederhana ini mampu menghasilkan listrik yang dialirkan ke rumah warga.

"Saat itu warga desa seperti tidak percaya bakal ada teknologi yang lebih canggih lagi, yang bisa digerakkan dari air. Sejak itu, warga desa membantu sepenuhnya agar segera terwujud," katanya.

Akhirnya, tahun 2023, PLTPH terwujud secara teknis seluruhnya dilakukan Dinas ESDM Jawa Timur. 

"Sistem ini memanfaatkan derasnya arus sungai yang membelah desa. Debit air di sungai tersebut dilaporkan cukup besar, mencapai 50 kubik per detik yang menjadi sumber energi mekanik utama," kata kepala Dinas ESDM Provinsi Jatim Aris Mukiyono.

Lokasi PLTPH dipilih di sungai, tempat arus udara dapat menggerakkan kincir secara efektif. "Ini sangat efektif untuk mendapat energi listrik yang bisa disalurkan ke warga Desa," kata Aris.

Setelah terwujud, kini Dusun Pijiombo mulai terang pada malam hari. Terdapat 28 Kepala Keluarga (KK) yang kini bisa menikmati listrik selama 24 secara gratis.

Kondisi Dusun Pijiombo ini berada pada kawasan milik perkebunan sehingga akses listrik cukup sulit karena titik terakhir penyaluran listrik oleh PT PLN berjarak lebih dari 5 Kilometer dari dusun Pijiombo. 

"Hadirnya pembangkit listrik Pikohidro ini memberikan titik cerah kepada warga Dusun Pijiombo dan diharapkan dapat memberikan multiplier effect kepada dusun Pijiombo, Desa Ngadirenggo, untuk menjadi dusun mandiri energi di masa mendatang,” ujarnya.

Untuk menjaga agar listrik tetap mengalir, Dinas ESDM melakukan monitoring energi baru terbarukan di Dusun Pijiombo ini sudah dilakukan Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur sejak akhir Oktober 2024 hingga pertengahan November 2024.

PT PLN UID Jawa Timur menyambut baik sistem mandiri yang dilakukan warga Dusun Pijiombo dalam membangun energi listrik menggunakan teknologi air sungai. Pasalnya, selama ini PT PLN UID Jatim belum fokus terhadap teknologi Pikohidro. 

PT PLN masih fokus pada beberapa PLTM di Jawa Timur, di antaranya PLTM Kanzy di Pasuruan, PLTM Bayu di Banyuwangi, PLTM Lodagung di Blitar-Tulungagung, PLTM Taman Asri, dan PLTM Ampel Gading, dan PLTM Sumber Arum.  Kesemuanya telah melakukan PJBTL dengan PLN dan menyuplai energi bersih kepada masyarakat. 

"PLN membuka peluang seluruh pihak untuk bekerja sama dengan PLN dalam membangun negeri berbasis energi baru terbarukan," kata Manajer Komunikasi dan TJSL PLN UID Jawa Timur Dana Puspita Sari.

Ke depannya, kolaborasi menjadi bagian penting untuk mewujudkan listrik mandiri di masyarakat. Dukungan PLN sangat diperlukan yang tahu secara teknis dan menguasai teknologi kelistrikan.

Pakar Kebijakan Publik Universitas Airlangga Surabaya Prof. Dr. Falih Suaedi mengatakan, sudah selayaknya inisiatif masyarakat dalam membangun energi mandiri melalui energi baru terbarukan tidak hanya sebatas dipuji, tapi pemerintah harus mendukung mereka. 

Selama ini, inisiatif masyarakat dibiarkan saja berlalu tanpa pendampingan, yang akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam konsultasi termasuk pendanaan. Padahal, masyarakat di pedesaan memiliki potensi untuk menciptakan energi baru terbarukan.

"Dukungan pemerintah sangat penting agar energi baru terbarukan yang menjadi andalan pemerintah berkesinambungan, apalagi ini menyangkut hak dasar masyarakat untuk mendapatkan penerangan listrik," katanya.

Bukan hanya Dwi Anggono yang kini bisa tersenyum lega tapi seluruh warga desa juga bisa tersenyum ketika rumah mereka mendapat penerangan selama 24 jam dengan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro.
Kini 200 rumah mendapat aliran listrik, warga desa bisa memanfaatkan untuk keseharian, mulai dari menyalakan televisi, mengisi daya ponsel, termasuk untuk membangun usaha yang membutuhkan listrik. 

Secara perlahanan kehidupan desa yang awalnya sunyi di kala malam hari, kini terlihat gemerlap dengan sinaran lampu di tiap rumah  secara gratis.
 
Kisah Desa Ngadirenggo, khususnya Dusun Pijiombo di Blitar, adalah etos sejati tentang semangat pantang menyerah yang mengubah takdir. Di tengah keterisolasian yang membuat malam mereka hanya ditemani suara jangkrik dan sinar redup lampu minyak, secangkir kopi di pos kamling menjadi Saksi lahirnya sebuah ide revolusioner dari warganya, Dwi Anggono.

Berawal dari keikhlasan belajar, merancang, dan bergotong royong, warga desa yang awalnya hidup dalam kegelapan berhasil memanfaatkan derasnya aliran Sungai Tempursari. Sembilan kincir air sederhana mereka di tahun 2022 menjadi mukjizat pertama, menghadirkan cahaya 5 watt, cahaya yang meski kecil, tapi jadi bukti nyata bahwa keterbatasan bisa dikalahkan oleh tekad.

Dari sunyi, gelap, dan terisolir, Dusun Pijiombo kini gemerlap. Kisah ini bukan sekadar tentang listrik, tetapi tentang bagaimana kolaborasi, inisiatif masyarakat kecil, dan dukungan pemerintah dapat menciptakan peradaban desa yang berbasis energi bersih, menjadikan model kemandirian yang patut dipuji dan didukung penuh sebagai pilar masa depan energi terbarukan Indonesia. Mereka membuktikan, di balik keterbatasan, selalu ada sungai harapan yang menunggu untuk bergerak menjadi cahaya. (Faishol Taselan/E-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |