
DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang mencatat adanya lonjakan kasus campak di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sejak Januari hingga Agustus 2025, tercatat sebanyak 112 kasus campak yang dilaporkan melalui sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR). Kepala Dinkes Kabupaten Subang, Maxi, menyebutkan, ada 17 puskesmas yang melaporkan dan mengirimkan 79 sampel suspect campak ke Lab Biofarma.
"Dari data total sekabupaten itu sudah ada 16 kasus positif campak, 0 positif rubella dan 63 discarded," kata Maxi di kantornya, Jumat (19/9).
Menurut Maxi, puskesmas yang mengirimkan sampel dari 17 puskesmas terbanyak dari Puskesmas Cikalapa dengan 11 sampel, Puskesmas Pagaden 7 sampel dan Puskesmas Gunung Sembung sebanyak 7 sampel, sementara untuk puskesmas lain rata-rata hanya mengirim empat sampel.
Dikatakan Maxi, pencegahan kasus campak paling efektif dengan pemenuhan vaksinasi campak dan rubella (MR) untuk bayi 9 bulan dan booster campak untuk balita 18 bulan dan anak kelas 1 Sekolah Dasar (SD).
"Sebagai pendukung juga harus menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," ungkap Maxi.
Untuk menekan angka kasus tersebut, Dinas kesehatan Kabupaten Subang menggencarkan imunisasi bagi anak-anak yang belum mendapat vaksin. Pemberian vaksin dilakukan secara rutin setiap bulannya.
"Jadi sekarang kita lagi menginstruksikan sebanyak 40 puskesmas untuk keliling mencari anak anak yang masih luput dari imunisasi, dan hingga bulan Agustus 2025, jumlah angka yang telah mendapat vaksi sebanyak 56%," pungkas Maxi.(M-2)