
INDONESIA konsisten menempati peringkat teratas World Giving Index, laporan tahunan Charities Aid Foundation (CAF) yang mengukur kedermawanan global melalui tiga indikator: menyumbangkan uang, membantu orang asing, dan menjadi relawan. Pada 2023, Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia.
Namun, di balik semangat itu, banyak panti asuhan justru menerima bantuan tidak sesuai kebutuhan: mi instan dan camilan tinggi MSG menumpuk, sementara kebutuhan penting seperti susu, vitamin, atau buah sering terabaikan.
Kesenjangan inilah yang mendorong Krisan Valerie Sangari, Noni Sulawesi Utara 2023 sekaligus penerima Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation, untuk bertindak.
Bersama 27 relawan muda, ia mendirikan Bakubantusulut.org, platform yang menjembatani donatur dengan panti asuhan di Tomohon, Minahasa, hingga Manado. Situs ini menyajikan data kebutuhan panti secara langsung kepada donatur.
“Tujuannya sederhana, agar bantuan benar-benar sesuai kebutuhan adik-adik di panti,” kata Krisan.
Dari Mi Instan ke Data
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini sejak lama terjun dalam aksi sosial. Ia sering melihat donasi yang mubazir: barang tidak terpakai, bahkan berakhir terbuang.
“Misalnya, banyak yang menyumbang mi instan atau snack penuh MSG. Padahal yang dibutuhkan justru buah, susu, sabun, atau deterjen,” jelas anggota Paskibraka Nasional 2016 ini.
Berangkat dari pengalaman itu, ia menyusun database kebutuhan panti asuhan di Sulawesi Utara. Melalui pendekatan berbasis data, donatur kini bisa menyalurkan bantuan yang presisi, bukan sekadar berbagi seadanya.
Sejak berdiri pada 2024, Bakubantusulut.org telah menjangkau lebih dari 40 panti asuhan. Layanannya juga berkembang: tak hanya menyalurkan donasi, tetapi juga menyediakan beasiswa, pemeriksaan kesehatan, program gizi, konseling psikologis, hingga pelatihan keterampilan dan kewirausahaan.
“Bantuan emosional sederhana seperti menemani anak belajar atau bermain sangat berarti. Anak-anak mendapat teman curhat, dan pekerja panti bisa sejenak beristirahat,” tutur Krisan.
Memanusiakan Manusia
Platform ini terinspirasi falsafah Minahasa “Sitou Timou Tumou Tou”, manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain, sebagaimana diajarkan Pahlawan Nasional Sam Ratulangi.
“Berbagi adalah wujud memanusiakan manusia,” ungkap Krisan.
Falsafah itu makin terasah ketika ia menjadi Tanoto Scholar di IPB University. Program Beasiswa TELADAN tidak hanya memberi dukungan finansial, tetapi juga menumbuhkan kepemimpinan dan semangat Pay It Forward: mendorong penerima beasiswa untuk memberi dampak nyata bagi komunitas.
“Nilai Pay It Forward Tanoto Foundation sejalan dengan falsafah yang saya yakini,” ujarnya.
Menjaga Nyala dari Jakarta
Kini, meski bekerja di ibu kota, Krisan tetap mengoordinasikan jalannya Bakubantusulut.org. Nama “Baku Bantu”, yang berarti saling menolong, menjadi pengingat sekaligus penguat agar misi sosial ini terus hidup.
“Selama ada niat baik dan data yang jelas, donatur dan panti bisa bertemu di titik yang sama: saling membutuhkan,” tegasnya. (RO/Z-10)