Jawa Tengah Surplus Padi 1,57 Juta Ton, Harga Beras Tetap Mahal

2 hours ago 1
Jawa Tengah Surplus Padi 1,57 Juta Ton, Harga Beras Tetap Mahal Para petani di Semarang bersiap melakukan panen.(MI/Akhmad Safuan)

PROVINSI Jawa Tengah mengalami surplus padi hingga 1,57 juta ton. Kondisi ini mengukuhkan provinsi yang dipimpin Ahmad Luthfi itu sebagai sajah satu lumbung padi di Indonesia yang mampu memasok kebutuhan beras nasional.

Pemantauan Media Indonesia, Kamis (18/9), meskipun belum masuk panen raya, sejumlah daerah di Jawa Tengah mulai memasuki musim panen. Bahkan dalam beberapa bulan ke depan akan terjadi panen besar-besaran sehingga ketersediaan beras di provinsi ini sangat besar melebihi kebutuhan warga 

Namun demikian kondisi ini bertolak belakang dengan kondisi riil hukum pasar. Sebab harga beras di pasaran umum di sejumlah daerah masih tinggi berkisaran Rp14.000 per kilogram, meskipun secara hitungan angka terjadi surplus padi hingga mencapai 1,57 juta ton atau hasil panen meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kita surplus besar tahun ini, karena hasil panen padi Januari-Oktober meningkat hingga 353.627 ton jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah Defransisco Dasilva Tavares di Kompleks Tarubudaya, Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (18/9).

Berdasarkan data hasil panen, lanjut Defransisco, hasil panen gabah kering giling (GKG) di Jawa Tengah periode Januari-Oktober 2025 diperkirakan mencapai 8.614.010 ton, karena terjadi peningkatan luas lahan di provinsi ini yang mencapai 1.534.490 hektare, bahkan pada Oktober mendatang diproyeksikan ada panen  4.953.494 ton.

Perhitungan kebutuhan beras warga Jawa Tengah, ungkapnya, mengalami surplus cukup besar, karena melihat kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Tengah hanya sekitar 3.375.832 ton. Maka secara perhitungan Jawa Tengah menghasilkan surplus 1.577.734 ton.

Menjadi persoalan yang timbul, menurut Defransisco, adalah gabah hasil panen petani di Jawa Tengah langsung disedot tengkulak dan dibawa ke daerah lain. Fenomena kebocoran ini membuat ketersediaan beras di tingkat petani terkesan kosong dan hal itu berpengaruh dengan kondisi pasar.

PERKUAT TATA KELOLA
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi secara terpisah juga merasakan kondisi ini, sehingga mendesak jajarannya untuk segera memperkuat tata kelola hasil panen dan distribusi kebutuhan pokok, karena kebocoran hasil panen ke daerah lain bisa menjadi bumerang.

"Jika tidak dikelola dengan baik warga Jawa Tengah kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau meskipun daerahnya sendiri merupakan produsen utama," ujar Ahmad Luthfi.

Produksi padi Jawa Tengah, kata Ahmad Luthfi, sudah cukup bagus dengan jumlah hasil panen meningkat hingga mengalami surplus, sehingga tata kelola pangan harus dipastikan berjalan efektif untuk menjamin hasil panen petani Jawa Tengah dapat terlebih dahulu memenuhi kebutuhan warganya. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |