Jangan Memaksakan Program MBG, Mulai dari Siswa yang Memerlukan

1 month ago 34
Jangan Memaksakan Program MBG, Mulai dari Siswa yang Memerlukan Siswa menunjukan menu makanan bergizi gratis saat pelaksanaan perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri Purwodiningratan Solo,(ANTARA FOTO/Maulana Surya)

KETUA Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyayangkan banyaknya laporan kasus keracunan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Ia membandingkan program MBG yang juga dilakukan di Malaysia yang sudah digelar sejak 1979 dengan nama program Rancangan Makanan Tambahan yang diperuntukkan bagi pelajar miskin dan anak-anak difabel.

"Jadi memang bukan buat semua anak. Memang untuk anak-anak tertentu yang secara ekonomi berkekurangan, termasuk juga anak difabel dan ini bertujuan mengatasi masalah gizi pada siswa," kata Piprim dalam konferensi pers secara daring, Kamis (25/9). 

Pada tahun 2019 pemerintah Malaysia memperluas program ini untuk menjangkau pelajar yang sangat miskin, anak-anak difabel, dan siswa dari masyarakat adat. Sehingga tidak untuk semua anak-anak.

Piprim menyebut dampak program tersebut di Negeri Jiran sukses untuk meningkatkan kemampuan akademik dan nutrisi dari siswa penerima manfaat. Ini juga berhasil memperkuat program nutrisi sekolah.

"Jadi memang ini satu hal yang baik untuk merangsang partisipasi publik. Ini juga bagus kalau kemudian bahwa MBG bisa menginspirasi perusahaan-perusahaan untuk CSR diberikan dalam bentuk makanan bergizi gratis khususnya untuk anak-anak 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Awalnya memang ini untuk anak-anak di 3T," ujar Piprim.

Sebenarnya, lanjut Piprim, IDAI ingin agar keracunan ini bisa dicegah dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu butuh penanganan yang sistematis untuk mencegah bagaimana supaya keracunan ini tidak terjadi lagi.

Jangan sampai abai terhadap pencegahan keracunan, sehingga tiba-tiba muncul korban jiwa. Program yang niatnya baik, niatnya tulus, tapi karena kemudian ada satu dan lain hal, dalam pelaksanaannya bisa membuat kesakitan dalam hal ini keracunan makanan.

Perbedaan Keracunan dan Alergi

Selain itu ia juga menjelaskan ada perbedaan keracunan dengan alergi pada makanan pada program MBG. Sederhananya adalah jika makanan itu memberi reaksi pada satu atau dua anak maka bisa dikatakan sebagai alergi tetapi perlu penyelidikan lebih lanjut. Tetapi jika reaksi tersebut dirasakan oleh banyak siswa maka bisa dikatakan ada masalah dengan makanan yang disajikan.

"Kalau makan banyak anak dan reaksinya hanya pada satu atau dua anak dan gejala-gejala alerginya jelas, mungkin itu memang alergi makanan. Tetapi kalau terjadi korban serentak dan massal, sesudah makan makanan yang sama, ini bisa kita pastikan bahwa ini adalah suatu fenomena keracunan makanan," jelasnya.

Sehingga bisa dipastikan yang terjadi beberapa waktu belakangan memang keracunan makanan, bukan alergi makanan. Karena terjadi bersamaan, dalam satu waktu, dan mengenai ribuan anak. (Iam/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |