
MILITER Israel per Kamis (4/9) waktu setempat mengeklaim telah menguasai 40% wilayah Kota Gaza, pusat perkotaan terbesar di Jalur Gaza, yang kini menjadi target utama operasi setelah hampir dua tahun perang berkecamuk.
Serangan udara Israel terus digencarkan dalam beberapa hari terakhir meski tekanan internasional untuk menghentikan kampanye militer semakin meningkat.
“Kami menguasai 40% wilayah Kota Gaza. Operasi akan terus diperluas dan ditingkatkan dalam beberapa hari mendatang,” kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Effie Defrin.
“Kami akan meningkatkan tekanan terhadap Hamas sampai kelompok itu benar-benar dikalahkan," imbuhnya.
Sementara itu, Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan lebih dari 30 orang tewas akibat serangan udara di Kota Gaza pada hari yang sama. Kondisi kemanusiaan pun semakin memburuk.
PBB sebelumnya menyatakan terjadi kelaparan di Kota Gaza yang masih dihuni hampir satu juta orang. UNICEF memperingatkan layanan dasar di kota itu sudah runtuh dan tanpa akses cepat terhadap pangan. Jumlah anak yang meninggal akibat kelaparan diperkirakan bakal terus bertambah.
“Yang tidak terpikirkan di Gaza sudah mulai terjadi. Kehidupan rakyat Palestina sedang dihancurkan, perlahan tapi pasti,” kata juru bicara UNICEF, Tess Ingram.
Di sisi lain, Uni Eropa kembali terbelah menyikapi perang ini. Wakil Presiden Komisi Eropa Teresa Ribera menyebut konflik di Gaza sebagai genosida sekaligus menuding kegagalan Eropa untuk bersuara bulat.
“Genosida di Gaza memperlihatkan kegagalan Eropa untuk bertindak dan berbicara dengan satu suara,” katanya dalam forum di Paris.
Korban sipil terus berjatuhan di berbagai titik. Di kamp pengungsi Nuseirat, serangan udara Israel menewaskan tujuh orang, termasuk tiga anak.
Hingga kini, data dari Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan lebih dari 64.000 warga Palestina tewas sejak serangan Israel dimulai dua tahun lalu. (AFP/I-1)