
ISRAEL melancarkan serangan militer dengan cara yang tidak lazim untuk menargetkan pemimpin Hamas di ibu kota Qatar, Doha.
Dikutip dari The Wall Street Journal, operasi itu melibatkan delapan jet tempur F-15 dan empat F-35 yang menempuh jarak sekitar 1.500 kilometer ke arah Laut Merah sebelum melepaskan rudal balistik.
Dari posisi itu, rudal ditembakkan dengan lintasan melalui luar angkasa yang melintas di atas wilayah Saudi. Dengan cara itu, Israel berupaya menghindari tuduhan melanggar kedaulatan udara negara Arab sekaligus memungkinkan serangan dilakukan dengan cepat.
Beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) menyebut Israel hanya memberi pemberitahuan beberapa menit sebelum peluncuran, tanpa rincian target. Sensor satelit AS memang mendeteksi lintasan rudal yang mengarah ke Doha, namun informasi tersebut sampai terlambat ke pemerintahan Presiden Donald Trump sehingga tidak sempat mencegah operasi.
Seorang pejabat senior pertahanan AS menggambarkan langkah itu sebagai “sama sekali tidak terbayangkan,” karena notifikasi datang hampir bersamaan dengan peluncuran rudal.
Serangan tersebut menghantam kawasan permukiman di Doha yang ditempati sejumlah pemimpin Hamas. Para tokoh utama Hamas disebut selamat, tetapi lima anggota kelompok itu dan seorang petugas keamanan Qatar tewas.
Metode serangan ini menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana Israel memanfaatkan jalur lintasan udara dan teknologi persenjataan modern untuk mengeksekusi operasi militer di luar batas negaranya.
Agresi tersebut memicu gelombang kecaman luas di kawasan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pihaknya akan tetap memburu pimpinan Hamas di mana pun berada.
Qatar, yang selama ini menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel sekaligus sekutu utama Washington di Teluk, mengecam keras serangan itu sebagai bentuk “terorisme negara” dan berjanji akan memberi respons.
Pemerintah Qatar juga mengumumkan akan menggelar KTT Darurat Arab-Islam di Doha untuk membahas serangan Israel tersebut. (Al Misarah/I-3)