Investigasi Ungkap Aksi Penembak Jitu Israel di Gaza

2 days ago 7
Investigasi Ungkap Aksi Penembak Jitu Israel di Gaza Ilustrasi.(AFP/TOBIAS SCHWARZ)

DANIEL Raab, mantan pemain basket universitas asal Chicago yang kini menjadi penembak jitu Israel, tidak ragu mengakui aksinya saat melihat rekaman drone yang memperlihatkan Salem Doghmosh, 19 tewas tertembak di kepala di Gaza utara.

"Itu eliminasi pertama saya," kata Raab dalam sebuah wawancara video yang diunggah di X. 

Dia menembak Salem saat remaja itu mencoba mengambil jenazah kakaknya, Mohammed, meski tidak bersenjata. 

"Sulit bagi saya untuk memahami mengapa dia (melakukan itu) dan itu juga tidak terlalu menarik bagi saya. Maksud saya, apa yang begitu penting dari mayat itu?" tambahnya.

Korban dari Satu Keluarga

Investigasi selama lima bulan yang dilakukan The Guardian bersama mitra media internasional mengungkap, enam orang menjadi target penembak jitu Israel pada 22 November 2023. Empat di antaranya anggota keluarga Doghmosh yang tewas, sementara dua lainnya luka-luka.

Raab menyebut aksi penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata sebagai bagian dari tugasnya. 

"Mereka berpikir, Oh, saya rasa (saya tidak akan ditembak) karena saya mengenakan pakaian sipil dan saya tidak membawa senjata dan sebagainya, tetapi mereka salah. Untuk itulah Anda memiliki penembak jitu," ujarnya.

Sang ayah, Montasser, 51, juga menjadi korban setelah berusaha mengambil jasad putra-putranya, namun ia hanya bisa tergeletak dalam kondisi kritis akibat peluru penembak jitu.

Video yang Mengguncang

Rekaman kematian Salem, bersama cuplikan serangan lain terhadap warga sipil, muncul lima bulan kemudian dalam montase yang dibuat seorang tentara Israel bernama Shalom Gilbert. Dalam video itu, Raab juga mengaku bersama rekannya, Daniel Graetz asal Jerman, melakukan tiga pembunuhan dalam satu hari.

Raab kemudian diwawancarai tim investigasi yang dipimpin jurnalis Palestina Younis Tirawi. Meski awalnya dijanjikan anonimitas, rekaman wawancara tetap dipublikasikan demi kepentingan publik mengingat besarnya jumlah korban sipil.

Zona Terlarang yang Tak Diumumkan

Penyelidikan menemukan posisi Raab dan Graetz berada di sebuah gedung enam lantai, sekitar 400 meter dari Jalan Moneer al-Rayyes, lokasi pembunuhan. Dari sana, mereka menembaki warga sipil yang melintas.

Pada saat itu, sebagian kawasan jalan tersebut ditetapkan militer Israel sebagai zona pertempuran, tanpa memberi tahu warga setempat. 

"Ini soal jarak. Ada garis yang kami tetapkan. Mereka tidak tahu di mana garis ini, tapi kami tahu," kata Raab.

Dampak Kemanusiaan

Bagi keluarga Doghmosh, tragedi itu menjadi luka mendalam. Fayza, ibu Salem dan Mohammed, tak kuasa menahan tangis saat diperlihatkan rekaman pembunuhan kedua putranya, 18 bulan setelah kejadian.

Laporan investigasi menyimpulkan bahwa praktik semacam ini, di mana setiap pria Palestina usia 18-40 tahun dianggap target, menjadi pola operasi militer Israel di Gaza. 

Hal ini, menurut akademisi dan kelompok HAM, memperkuat tuduhan kejahatan perang hingga genosida terhadap warga sipil Palestina. (The Guardian/I-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |