Ilustrasi(Pertagas)
Di tengah tantangan perubahan iklim, penurunan produktivitas lahan, dan ketidakpastian pangan global, desa-desa di Indonesia diyakini menyimpan kunci penting bagi keberlanjutan pertanian dan swasembada pangan. Melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat tani, sejumlah inovasi telah terbukti mampu meningkatkan hasil panen, memperbaiki kesejahteraan petani, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Di Kutai Timur, misalnya, petani hortikultura yang sebelumnya bergantung pada metode penyiraman manual kini terbantu dengan jaringan irigasi bertenaga surya. Hasilnya, proses penyiraman lebih cepat, panen tomat dan cabai meningkat, dan kesejahteraan petani ikut terdongkrak.
Sementara di Kutai Kartanegara, lahan podsolik dan gambut yang dulu dianggap tidak produktif kini bisa ditanami hortikultura berkat pompa surya dan pupuk organik lokal. Bahkan, petani di sana mampu mencatat hingga 15 kali panen dalam setahun.
Cerita serupa datang dari Sidoarjo. Lahan sawah yang sebelumnya hanya menghasilkan satu kali panen kini bisa panen hingga tiga kali berkat sistem irigasi baru sepanjang 400 meter yang memanfaatkan panel surya. Teknologi sederhana ini membuktikan bahwa inovasi lokal bisa mendongkrak produktivitas tanpa merusak lingkungan.
Di Desa Permisan, warga memanfaatkan pematang tambak udang untuk menanam sayur dan buah. Panen udang, nila, dan sayuran kini berjalan seiring dengan program makanan tambahan Posyandu, sehingga bukan hanya meningkatkan pendapatan, tapi juga memperkuat gizi masyarakat.
Kemudian, di Sumatera Selatan, petani Sidomulyo mengembangkan pertanian organik dengan pupuk hasil olahan sendiri dan sistem hidroponik. Cara ini tidak hanya menambah panen hingga tiga kali setahun, tetapi juga memperbaiki kualitas tanah dan menjaga keberlanjutan air.
Upaya serupa terlihat di Indramayu melalui program Bumi Reang yang memadukan penanaman mangrove, pemasangan geotube, serta irigasi berbasis energi surya. Dengan langkah adaptif ini, petani berhasil melawan ancaman abrasi dan kekeringan sekaligus meningkatkan pendapatan mereka.
Dari Jawa, Sumatra, hingga Kalimantan, semua inovasi yang berbuah keberhasilan itu diinisiasi oleh Pertagas melalui program CSR-nya. Inovasi pertanian itu menjadi bukti bahwa masa depan pangan Indonesia dapat dibangun dari desa. Pertanian berkelanjutan, teknologi ramah lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat terbukti saling melengkapi untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Bagi Pertagas, mendukung petani berarti menjaga masa depan pangan Indonesia. Inovasi energi terbarukan, pengelolaan lahan yang ramah lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi kunci agar desa-desa kita bisa lebih berdaya,” ujar Sulthani Adil Mangatur, Corporate Secretary Pertamina Gas.
Dengan semangat Hari Tani Nasional, diharapkan langkah-langkah kecil ini mampu berkembang menjadi gerakan besar yang menuntun Indonesia menuju kedaulatan pangan. (E-3)


















































