
PUNCAK panen tanaman padi di Kabupaten Indramayu kini tengah berlangsung. Namun harga gabah masih lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP).
“Ya, sekarang sudah puncak panen raya, tapi harga gabah tetap tinggi,” tutur Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, Senin (20/10).
Dijelaskan Sutatang, harga gabah kering panen (GKP) yang baru dipanen kini dijual di kisaran harga Rp 7.500 hingga Rp 7.700 per kilogram. Sedangkan untuk harga gabah kering giling (GKG) atau gabah yang sudah mengalami proses penjemuran pasca panen kini dihargai Rp 8.500 per kilogram. Baik harga GKP maupun GKG tersebut masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP yang hanya Rp 6.500 per kilogram.
Saat ditanyakan penyebab masih tingginya harga gabah sekali pun kini sudah memasuki puncak panen raya menurut Sutatang di antaranya disebabkan ketiadaan panen serentak di Kabupaten Indramayu akibat permulaan musim tanam 2025 yang juga tidak serentak karena faktor ketersediaan air.
"Karena panennya tidak serentak, maka tidak ada penumpukan gabah. Panen di Indramayu sekarang ini gak berhenti-berhenti, ada terus dari mulai bulan enam sampai sekarang," tutur Sutatang.
Bahkan panen di Kabupaten Indramayu masih akan berlangsung hingga Desember 2025 mendatang. “Terutama di Kecamatang Krangkeng dan Sukra,” tutur Sutatang. Dijelaskan Sutatang, areal pertanian di kedua kecamatan tersebut berada di ujung irigasi hingga paling akhir mendapatkan pasokan air. Petani di dua kecamatan tersebut baru melakukan tanam sekitar September dan diperkirakan panen akan dilakukan Desember 2025.
Produktivitas Meningkat
Selain harga gabah yang masih tinggi Sutatang pun mengungkapkan produktivitas panen kali ini juga cukup tinggi. “Rata-rata produksi gabah yang dihasilkan mencapai 7,8 ton per hektar,” tutur Sutatang. Angka produktivitas ini diakui Sutatang cukup tinggi dikarenakan suplai air tercukupi dan serangan hama yang tidak terlalu banyak. “Cuma tikus saja hama yang jadi masalah di musim ini, hama jenis lainnya berkurang," ungkap Sutatang.
Opih Riharjo, seorang petani di Desa Rajasinga, Kecamatan Terisi, mengungkapkan bahwa dengan harga dan produksi yang cukup tinggi pada panen gadu kali ini, dirinya dapat meraup keuntungan.
“Saya langsung jual semuanya, tutur Opih. Gabah yang baru dipanen dibeli oleh tengkulak yang memang langsung turun ke sawah mencari petani yang tengah panaen. “Tengkulak berasal dari berbagai daerah, termasuk ada yang dari Jawa Tengah. Gabah yang baru dipanen langsung dibeli mereka tanpa harus dikeringkan dulu,” tutur Opih. (H-2)